beritaenam.com, Jakarta – Eks Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengungkap kunci utama keberhasilan RI mengambil alih 51 persen saham PT Freeport Indonesia.
Pertama, kejelian dalam melihat celah negosiasi serta ketangguhan BUMN yang ditunjuk jadi ujung tombak proses pengambilalihan saham tersebut.
Lebih lanjut Dahlan mengatakan, ada hal penting yang perlu dicermati. menurutnya, keberhasilan tersebut juga tak lepas dari keandalan pejabat terkait yang diberi kepercayaan menjalankan ‘misi’ tersebut.
“Dalam proses Freeport ini memang luar biasa. Menteri ESDM-nya, Jonan (Ignasius Jonan), bukan ahli tambang. Dia justru orang keuangan. CEO Inalum-nya, yang cari uang, dari tehnik. Ia lulusan ITB. Budi Sadikin,” kata Dahlan dalam blog pibadinya disway.id yang dikutip (23/12/2018).
Keduanya, kata Dahlan, adalah sosok tepat yang dipercaya pemerintah. Karena menurutnya dua sosok tersebut bersih kepentingan.
“Mungkin saja pandangan mata itu seperti hati. Bisa memandang jauh. Kalau kondisinya (pejabatnya) bersih. Bersih mata. Bersih hati. Bersih kepentingan,” tegas dia.
Sebenarnya, kata Dahlan, masih ada tantangan tersembunyi usai akuisisi tersebut. Pasalnya, ada porsi saham Freeport Indonesia sebesar 10% yang diserahkan ke pemerintah daerah.
Masalahnya bukan pada porsi 10% tersebut, namun lebih pada proses penyerahannya. Bila tak diawasi dengan baik, ada potensi pihak tak bertanggung jawab yang bakal masuk dan menyusup untuk mencari keuntungan dari porsi 10% saham untuk pemerintah daerah tersebut.
Apa lagi bila penyusup tersebut ternyata adalah pihak asing yang bila 10% itu tak jadi dikuasi Indonesia, maka tamatlah rencana menjadi RI menjadi pengendali tambang raksasa di tanah Papua itu.
“Sebenarnya, di Freeport itu, masih ada satu kekhawatiran saya. Di bidang partisipasi lokal yang 10%. Yang kelihatannya kecil. Tapi justru bahaya. Misalnya. Begitu yang kecil itu memihak ke sana (AS), selesailah. Dananya jadi mayoritas,” bebernya.
Namun Dahlan tak terlalu khawatir bila melihat dua sosok yakni Jonan dan Budi Gunadi Sadikin yang mengawal proses tersebut.
“Jonan-Budi adalah orang pintar. Mengatasinya dengan skema yang berjenjang. Tentu masih akan ada keritik. Tapi saya tidak melihat yang lebih baik dari yang telah dilakukan ini,” tegas Dahlan.