Site icon Beritaenam.com

Antara Gisel, Gading dan Roy Marten

BERITAENAM.com – Saya pernah dekat dengan Gisel Anastasia, artis penyanyi OVJ, alumni Indonesia Idols dan selebgram – yang lagi heboh itu. Sangat dekat. Saya persis duduk di belakangnya. Di sana ada juga penyanyi Isyana Sarasvati. Kami sempat ngobrol.

Saya ingat, Gisel menebarkan senyum sebelum duduk di bangku VIP di depan saya dan – seperti biasa – saya pun ke-Ge-eR-an.

Kami sama sama undangan acara peluncuran produk smarphone baru dan konser artis Agnes Monica, Afgan, dll, di JI- Expo Kemayoran, Jakarta Pusat, pada September 2017 itu.

“Saya teman Mas Roy di film, ” bisik saya di telinganya.

“Oh, ya.. ? ” dia menengok dengan wajah semringah. Roy Marten adalah ayah mertuanya.

“Salam buat Mas Roy dari teman teman Salatiga, ” bisik saya lagi.

“Terima kasih, Oom. Nanti saya sampaikan,” katanya ramah.

Lalu saya minta foto bareng. Gisel berinisiatif mengambil kamera saya agar kami bisa pose bertiga.

Setelah foto jadi, saya menyesal. Karena wajah saya kumuh, kucel, ndeso, capek. Sangat memalukan. Tapi saya pikir pikir, akan lebih menyesal lagi kalau malam itu kami tidak foto bareng.

Saya datang sebagai redaktur penjaga halaman ‘Gagdet’ yang ditugasi mendadak oleh boss supaya hadir dan ketemu manager marketing brand hape itu. Lobby dan PDKT untuk dapat iklan.

Tapi di lokasi hiruk pikuk dan tak ketemu. Malah ketemu Gisel bareng Isyana.Sejujurnya, saya membohongi Gisel. Saya bukan teman Roy Marten. Saya dan Roy sama sama bergelut di film, iya. Dekade 1980-90an.

Saya pernah duduk semeja dan ngobrol akrab dengan kakeknya Gempi itu, iya. Menjadi moderatornya dalam acara diskusi film yang menghadirkannya sebagai pembicara utama, iya. Tapi berteman, rasanya tidak.

Saya berteman dengan Soultan Saladin, Adisoerya Abdi, Torro Margen, Alex Komang, Dede Yusuf, Trio Warkop DKI, Judi Kristianto, Deddy Dores, dll. Roy Marten tidak kenal saya.

Yang benar, Roy Marten adalah teman dari teman saya. Dia berteman karib dengan Mas Soegeng Setyo dan Don Sabdono alias Bre Redana “Kompas”.

Dan keduanya adalah teman dan senior saya. Roy Wicaksono Marten, Mas Sugeng dan Bre Redana adalah “Geng Salatiga” di dunia film. Sedangkan saya asli Banyumas. Sama sama Jawa, beda logat.

SEKARANG saya mau menyampaikan mengapa saya mengunggah foto kami. Memang terkait dengan kasus yang sedang menjerat Gisel. Dan saya sangat sedih dan prihatin.

Konon Gisel bikin video itu dalam status masih sebagai isteri Gading Marten dan dalam keadaan mabuk. Oleng.

Itu jelas kesalahan. Gadis gadis dan ibu ibu pun tak suka. Mengecam. Kalau bapak bapak, sih terhibur. (Kenapa juga cuma 19 detik? He.. he..)

Menurut saya, Gisel tidak harus jadi tersangka dan dipidana. Apalagi masuk penjara. Yang harus dipidana dan dibui adalah oknum yang menyebarkan videonya.

Gisel adalah korban yang hanya layak dikonfirmasi dan dihadirkan sebagai saksi. Itu koleksi pribadi.

Tidak semua kesalahan warga / masyarakat, harus jadi urusan polisi. Tidak semua urusan dengan polisi harus jadi kasus pidana. Dan tidak semua pidana harus masuk penjara.

Ribut dengan tetangga atau mendadak berkelahi di jalan gara gara senggolan, tidak harus jadi urusan polisi.

Cukup dilerai dan damai di tempat. Melanggar lalu lintas dan dinyatakan salah, tidak harus dipidana. Didenda saja. Dan meski ada yang kena pidana juga tidak harus ditahan dan masuk penjara.

Memang ada pasal pidana di KUHP yang bisa menjerat Gisel yaitu jika Gading Marten, selaku suami, melaporkannya. Tapi sejauh ini tak ada tanda tanda Gading melaporkan.

Dalam memperlakukan perempuan Gading Martin beda dengan Roy Marten, ayahnya. Bukan salah Roy. Pada zamannya Roy Marten memang gantengnya kelewatan. Digilai wanita. Playboy juga, baik di film maupun di kehidupan nyata. Saya pun mengidolakan dan ingin seperti dia.

Kesaksian dari Astrid Tiar, model cantik yang pernah dipacari, Gading sangat sabar dan pengertian. Bahkan diungkapkan, Astrid pernah selingkuh, kepergok lagi jalan bareng cowok lain, Gading memaafkan dan memperlakukan dengan lembut.

Pada usia yang sama, Roy Martin tidak akan bereaksi begitu.

Selanjutnya, izinkan di sini saya melihatnya dari perpektif gender -yang menurut saya ada ketidak-adilan.

Sungguh sangat beda perlakuan masyarakat kita kepada perempuan dan isteri yang selingkuh dan laki laki yang selingkuh. Isteri selingkuh adalah “dosa tak berampun”. Sedangkan suami selingkuh dianggap wajar saja.

Sebagai suami yang dulu sering khilaf dan menyimpan banyak nomor cantik, saya merasa tidak enak hati.

 

DUNIA seni umumnya dan film khususnya punya standard moral sendiri. Sejak 1970an, sejak Orde Baru berkuasa, ada kelonggaran dalam kebudayaan pop kita, begitu deras pengaruh budaya Barat yang bebas masuk ke negeri kita. Termasuk di produksi film.

Saat itu sudah dimulai dibuat film film yang diwarnai adegan panas dan adegan ranjang. Buka bukaan. Film

“Intan Perawan Kubu” yang mempopulerkan artis Yati Octavia dimulai dari sensasi adegan topless-nya.

Adegan ranjang artis Indonesia yang bocor ke media, antara Debby Cynthia Dewi dengan Alan Teng Kuang Yung – aktor Hong Kong yang top pada zamannya – juga menghebohkan dan panas membara. Sebagian foto toplessnya sempat beredar juga.

Selanjutnya muncul “The Big Five”, yakni Yeni Rachman, Yati Octavia, Doria Callebout, Roy Martin dan Robby Sugara. Film film yang mereka bintangi banyak diwarnai adegan ranjang. Buka bukaan. Gelut. Tindih tindihan.

Tak lama kemudian heboh kalender porno yang melibatkan nama nama kondang, Yanti Kosasih cs, mengguncang tanah air.

Sebagai wartawan anggota PWI Jaya seksi film, secara berkala, saya diundang oleh Badan Sensor Film (BSF) untuk melaporkan hasil kerja mereka. Acara yang dinantikan adalah menyaksikan potongan film yang disensor BSF.

Percayalah, apa yang Anda saksikan di video Gisel sudah dilakukan para pendahulu di film, sejak era 1970-80an. Mungkin bahkan sebelum itu.

Tak hanya di depan kamera, bahkan dalam kehidupan keseharian juga meniru film. Saya ingat masa itu, ada budaya baru di antara artis dan selebritis kita, yakni “semen leven” alias hidup bersama tanpa nikah.

Pasangan artis paling kondang yang “semen leven” antara lain aktor Hendra Cipta dan Ruth Pulupessy. Soalnya blak blakan ngaku ke media.

Juga peragawati dan penyanyi Camelia Malik yang tujuh tahun “semen leven” dengan musisi Reynold Panggabean sebelum kemudian menikah resmi dan bercerai.

Tak hanya di artis pop, di kalangan seniman tradisional urusan seks dengan sesama juga longgar.

Beberapa kali saya ikut misi kebudayaan membawa seni tradisi ke luar negeri, pindah-pindah kamar di antara penari, pengiring dan kru juga terjadi. Padahal yang ikut ada mantan None Jakarta. Dan ikut asyik juga.

Argumennya, “kami orang seni” dan “mumpung lagi di luar, ” katanya.

Masyarakat kita sebenarnya sudah moderat. Bahkan sebagiannya liberal. Lihat saja kasus Ariel Peterpan / Noah. Meski masuk penjara gara gara video intim bareng Cut Tari dan Luna Maya, masyarakat tetap mengidolakannya. Bahkan popularitasnya kian melesat.

SUASANA kehidupan di industri film, musik, model, yang asyik masyuk dengan segala totalitasnya banyak merembet ke wartawan juga. Bagaimana pun antara artis dan wartawan saling menghidupi.

Selain diasah sutradara dan dipercaya produser, artis menjadi populer karena diorbitkan wartawan. Banyak juga wartawan yang menemukan talent yang masih polos dan membawa ke produser dan kemudian jadi aktris kondang.

Denny Sabri, selain dikenal sebagai wartawan majalah musik “Aktuil” juga dikenal sebagai penemu dan pengorbit Nike Ardilla, Nicky Astria, Lady Avisha, Inka Christie dan banyak nama lainnya.

Di film dan sinetron, pada 1990-2000an, saya termasuk yang rutin menulis artis yang sedang jadi perbincangan dan mengorbitkan wajah baru ke sutradara dan produser.

Sehingga, secara umum, baik di film maupun musik, hubungan aktor aktris dan wartawan itu – ibarat pepatah lama, “selapik seketiduran”. Dalam arti kiasan maupun sesungguhnya.

Di kawasan Ancol, ada resort namanya “Putri Duyung” yang sangat legend antara 1980-1990an sebagai lokasi untuk suting, pemotretan dan penjajagan hubungan di antara sesama bintang, sutradara, produser dan oknum wartawan. Baik atas dasar cinta atau suka sama suka. Sepukul dua pukul.

Dengan Gisel – yang beda generasi – saya tidak terlibat kegiatan selapik seketiduran. Melainkan, depan dan belakang. Sesuai urutan bangku undangan di JI-Expo Kemayoran pada malam itu.

SETIAP orang pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya. Ada yang fatal. Diketahui maupun tidak. Gisel tak terkecuali. Saya malah banyak kali.

Seperti ucapan Jesus Kristus, yang kerap dikutip itu, “Kepada siapa yang tidak pernah berbuat dosa, silakan melempar batu” (kepada Gisel.pen).

Saya tidak mau.

Semoga badai yang melanda Gisel Anastasia segera berlalu. Semoga masalahnya bisa diselesaikan. Siapa tahu bisa ketemuan dan nonton bareng lagi.

 

https://supertivi.com/gisel-ngamen-tak-mau-dimadu/

***

 

Exit mobile version