Site icon Beritaenam.com

Apa Kabar Musik Indonesia

Halo apa kabar bisnis musik? Lagi sekarat, ada yang bilang begitu. Ah biasa-biasa aja, yang lain punya pendapat begitu.

Ya begitu deh, gimana musik mau maju, orang leluasa nge download seenaknya, memperbanyak dan memperdengarkan rame-rame secara gratis, enggak pernah peduli para pencipta menjerit karena enggak kebagian apa-apa.

Itu kata teman saya yang juga bergelut di bisnis musik. Tapi ada sebagian produser diam-diam menikmati keuntungan dari sisi penjualan digital. Tapi jumlahnya enggak banyak. Hanya dinikmati segelintir pelaku bisnis.

Mereka menutup rapat trik dan strategi jualannya. Bahkan terkesan merendah, yah lagi berat nih. Amsyong, katanya.

Tapi benarkah dunia musik sedang sekarat? Gimana kita melihat dan mensikapinya? Saya kebetulan berada di bisnis ini.

Memulai sejak 2005, pernah jatuh bangun, bahkan nyaris putus asa. Karena investasi sudah miliaran, tapi belum ada tanda-tanda “kehidupan”.

Tapi saya mencoba tidak menyerah, saya selalu optimis. Bisnis yang banyak diminati, selalu penuh tantangan dan rintangan. Kerja keras, harus disertai dengan kerja cerdas dan sat set.

Tahun 2009, ketika kondisi musik sedang sekarat, dimana bisnis digital musik sedang dalam posisi di nol kan akibat isu pencurian pulsa, sementara jualan cd/vcd sudah lama sekarat karena pembajakan yang merajalela, saya justru mendapat peluang ketika lagu “Iwak Peyek” menjadi booming.

Dan musik dangdut yang mulai redup seolah kembali bergairah. “Iwak peyek” menjadi wabah panggung. Hikmahnya adalah sukses dalam situasi sulit, saya maknai sesuatu yang luar biasa.

Sejak itu lahir lagu-lagu hits di bawah label perusahaan saya, seperti Buka sitik joss, Kereta malam, Oplosan, Pokoke joged, Caka dan lain-lain.

Bicara musik, adalah urusan bisnis ‘rasa’. Saya sering menyebutnya bisnis ngeri ngeri sedap.

Jangan pernah berspekulasi, kalau enggak paham soal mata rantainya. Kecuali memang punya amunisi tak terbatas. Artinya modal enggak ada serinya. Buat kita-kita yang memang punya concern di bidang musik, harus cermat.

Memang dunia musik itu menjanjikan. Terutama buat insan kreatif dan penyanyi. Pun buat produser. Ada yang berspekulasi, melempar 10 produk, ada satu yang nyangkut, artinya meledak, sudah bisa menutup kerugian 9 produksi yang lain.

Pencipta lagu, saya selalu berpesan supaya enggak putus asa untuk terus mencoba. Tapi memang urusan sukses tidaknya, ada faktor lucky. Dan kalau saya selalu menyarankan buat para pencipta untuk taktis dan kreatif dalam berkarya.

Lagu enak aja enggak cukup, harus sesuatu, harus wow. Ada yg bilang harus ada racunnya. Racun itu bisa di judul, lirik, atau nada.

Makanya sebelum menciptakan lagu, harus punya konsep original, punya feel, dan selalu update gagasan.

Kita tinggal menunggu iklim bisnis musik ini berjalan seperti yang di kehendaki, dimana para pengguna menyadari pentingnya sebuah karya cipta.

Sehingga mereka dengan kesadaran mau menyisihkan sesuatu yang memang menjadi haknya pencipta dan penyanyi. Dan itu di dedikasikan buat pelaku industri musik.

Karaoke mau membayar royalti yg wajar, EO menyisihkan nominal fee buat sebuah karya yang dipakai, pun begitu produser bersikap faer dan menghargai sebuah karya cipta dengan mengkedepankan kesepakatan.

Maka karya musik akan menjadi lahan usaha yang bisa memakmurkan pelaku bisnis dan kreator.

Karya cipta yang dituangkan dalam sebuah royalti, akan menjadi dahsyat seperti harta warisan yang bisa dinikmati secara turun temurun.

Mudah-mudahan pemerintah segera menata industri musik indonesia sebagai aset penting. Bukan sekedar dihargai sebagai karya seremonial.

Selamat hari musik nasional.

(Agi Sugiyanto)

Exit mobile version