Kendari – Banjir besar melanda Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), dan terus meluas, Selasa (11/6/2019). Sedikitnya 69 desa di daerah itu terendam banjir. Sebanyak 2.000 orang kepala keluarga (KK) terdampak dan hingga kini warga yang mengungsi mencapai 1.000 orang.
Banjir meluas akibat jebolnya tanggul penyangga pengairan Sungai Konaweha. Ke-69 desa tersebut tersebar di 17 kecamatan yang ada di Konawe di antaranya Kecamatan Abuki, Anggaberi, Tongauna, Pondidaha, Amonggedo, Tongauna Utara, Konawe, Wonggeduku, Wonggeduku Barat, Sampara, Bondoala, Morosi, Unaaha.
Dari pantauan, ketinggian banjir masih parah, hingga mencapai dari 1 meter. Tim SAR Gabungan terus bergerak mengevakuasi warga korban banjir. Para korban langsung dievakuasi ke tempat yang lebih aman.
Kepala Seksi Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Konawe, Rodi mengatakan, banjir tersebut mengakibatkan Jembatan Ameroro, sehingga memutuskan akses dari ibu kota Konawe, Unaaha, menuju arah Kabupaten Kolaka dan Kolaka Timur.
“Bahkan, di Desa Ameroro terdapat dua unit rumah yang hanyut terseret arus banjir,” kata Rodi.
Saat ini, BPBD bersama instansi terkait seperti Basarnas masih melakukan proses evakuasi terhadap warga dan mencari tempat pengungsian yang aman dari banjir.
“Kami belum bisa mengetahui pasti berapa rumah yang terdampak atau terendam akibat banjir yang merendam puluhan desa tersebut. Kami masih fokus mengevakuasi warga yang tidak memungkinkan untuk bertahan di rumahnya,” katanya, seperti dikutip dari inews.id
BPBD sudah mendirikan tenda-tenda darurat untuk pengungsi, namun titiknya terbatas. Pihaknya tidak bisa menjangkau beberapa tempat karena peralatan juga terbatas.
“Selain itu, kami sudah menyalurkan bantuan logistik kepada korban yang terdampak banjir, terutama yang ada di tenda pengungsian seperti makanan dan pakaian seadanya,” katanya.