Beritaenam.com, Jakarta – Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Erick Thohir, membela Jokowi soal diksi yang dinilai keras. Erick mengibaratkan dengan perlawanan semut saat diinjak.
“Istilah semut, semut itu kecil, diinjek saja gigit lo, apalagi manusia. Saya rasa wajar. Wajar, dan ini bukan beliau mau jadi suka marah-marah, beliau menyampaikan. Kan cara menyampaikannya beliau ‘sabar, sabar’ (sambil mengelus dada), tapi masa nggak boleh ngomong?” kata Erick di Koffee Konco Epicentrum, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (27/11/2018).
Erick menilai diksi yang disampaikan Jokowi tidak berlebihan. Menurutnya, Jokowi hanya menyampaikan isi hati.
“Beliau tidak menyerang. Beliau hanya menyampaikan isi hati beliau. Bahwa kalau dizalimi, ya pasti menjawab dong. Ini ibarat semut, diinjek saja gigit. Coba, coba tikus dipojokin, ngelawan nggak?” tegasnya.
Erick juga menanggapi istilah ‘politik kompor’ yang ditujukan kepada Jokowi. Erick menepis tuduhan itu.
“Nggaklah, begini… kalau dibilang kompor, ya gimana ya, orang yang sabar dituduh PKI. Dan masyarakat cukup percaya, (jumlahnya) 9 juta. Masa didiamkan? Kasihan gitu,” tutur Erick.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menggunakan diksi yang cukup keras saat membuat pernyataan dalam berbagai kesempatan. Selama ini, Jokowi cenderung diam sekalipun diserang pihak lawan.
Namun, beberapa waktu terakhir, Jokowi terlihat jengah dan menunjukkan perlawanannya dengan menggunakan diksi-diksi yang cukup ‘panas’.
Setidaknya sudah tiga diksi menarik yang disampaikan Jokowi menjelang Pilpres 2019. Mulai ‘politik genderuwo’, ‘politikus sontoloyo’, dan terakhir adalah pernyataan ingin tabok penyebar hoax isu PKI yang menyerang dirinya.
Erick Bicara soal Adu Data di Pasar ala Jokowi-Sandiaga
Erick Thohir juga menanggapi adu data soal harga pangan saat blusukan di pasar ala Jokowi dan cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno. Erick menilai di masa sekarang penting untuk membangun optimisme.
Erick awalnya menyatakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia berada pada angka 5 persen. Dia juga meyakini, berdasarkan data statistik, pada 2030 Indonesia akan menempati posisi ke-9 dalam ekonomi dunia.
“Kenapa kita mesti pesimistis? Kalau saya sih masih optimistis. Ya ini kembali kalau saya berprinsip ini eranya kita membangun optimisme, bukan membangun pesimisme. Kalau bangsa kita selalu ditakut-takuti, akhirnya nggak akan berkembang,” kata Erick.
Erick juga menyinggung isu harga pangan yang selalu dibawakan Sandiaga. Dia menyerahkan kepada masyarakat untuk menilai bagaimana menyikapi isu tersebut.
“(Isu harga pangan Sandiaga) bukan tidak efektif. Itu bagian dari kampanye mereka. Apakah itu jelek, bagus itu, kan yang menentukan rakyat sendiri. Dan kalau saya yakini tadi apa yang saya bilang, ayo kita jangan juga menjadi hanya fokus di sebuah provinsi. Kita ini mesti menjadi Indonesia-sentris,” jelas Erick.
Sebelumnya, Jokowi mengaku memperhatikan harga-harga saban hari. Para menteri dan kepala lembaga terkait biasanya langsung dipanggil ketika Jokowi melihat ada kenaikan harga bahan pokok. Dia memerintahkan digelar operasi pasar.
“Kalau harga naik sedikit, Rp 100 perak saja, pasti detik itu juga saya akan telepon Kepala Bulog, akan saya telepon Menteri Perdagangan, saya telepon Menteri Pertanian. Hati-hati, harus ada operasi pasar untuk mengendalikan ini,” katanya.
Sumber: detik.com