Site icon Beritaenam.com

Belanja Online Menjadi Gaya Hidup New Era

Hasil riset yang dilakukan lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) bersama Tokopedia pada 2020 mencatat rata-rata pengeluaran bulanan konsumen sebelum dan saat pandemi di Tokopedia meningkat 71%.

Yang tampak  ada peningkatan pada kebutuhan kesehatan, hobi, dan tagihan.

Hal ini diakui Astri Wahyuni, Direktur Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Tokopedia,

Menurut dia, di Tokopedia sendiri, terdapat pertumbuhan jumlah pengguna aktif bulanan dari yang semula lebih dari 90 juta sebelum pandemi pada Januari 2020, menjadi lebih dari 100 juta saat ini.

“Riset LPEM FEB UI di sisi lain juga mencatat 7 dari 10 pelaku usaha di Tokopedia mengalami kenaikan volume penjualan dengan sebesar 133 persen,”ujar Astri.

Sementara Riatu Mariatul Qibthiyyah Kepala LPEM FEB UI menjelaskan, bahwa platform belanja online Tokopedia diandalkan berbagai kalangan.

Konsumen baru dari kalangan ibu rumah tangga, pelajar, mitra aplikasi online, wirausaha dan pekerja lepas di masa pandemi.

Riset tersebut mengungkapkan tiga provinsi dengan peningkatan penjualan pelaku usaha tertinggi di Tokopedia, yaitu NTB (144,6%), Sulawesi Tengah (73,4%) dan Sulawesi Selatan (73,3%).

Sementara tiga provinsi dengan peningkatan jumlah pelaku usaha tertinggi di Tokopedia selama pandemi adalah Bali (66,2%), Yogyakarta (42,2%) dan DKI Jakarta (28,3%).

“Sebesar 68,6% penjual yang bergabung dengan Tokopedia pada saat pandemi merupakan pencari nafkah tunggal di keluarga,” tutur Riatu.

Riatu menambahkan, dari semua responden yang disurvei, ada sebanyak lebih dari 60 persen responden yang menjawab tetap akan melakukan pembelanjaan secara online meskipun pandemi usai.

“Kami melihat lebih dari 60 persen konsumen, baik itu konsumen lama ataupun konsumen baru yang mengaku bahwa mereka akan tetap berbelanja secara online meskipun pandemi usai,” tutur Riatu.

Seluruh dunia berharap pandemi Covid-19 akan segera berlalu. Selain mendukung pembatasan sosial berskala besar (PSBB), masyarakat juga harus bersiap menyesuaikan diri dengan kondisi normal baru (new normal) di saat ini sampai setelah pandemi. Lalu, apakah yang disebut gaya hidup new normal?

Mengutip pernyataan Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmita, gaya hidup new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.

Prinsip utama dari gaya hidup new normal adalah menyesuaikan diri dengan pola hidup yang baru. Pola hidup baru yang dimaksud adalah beraktivitas dengan mengurangi kontak fisik, menjaga jarak fisik (physical distancing), menghindari kerumunan, lebih menjaga kebersihan, mengunakan masker dan hand sanitizer, serta bekerja, beribadah, belajar, dan berinvestasi dari rumah.

Simak 5 gaya hidup new normal masyarakat di kala pandemi:

Sebagian masyarakat akan lebih memperhatikan kesehatan dengan mengalokasikan dana mereka untuk asuransi atau menyisihkan dana jika harus berobat/sakit.

Cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, menggunakan masker, dan membawa hand sanitizer menjadi hal baru yang wajib dilakukan. Bahkan, untuk membeli kebutuhan sehari-hari, masyarakat menghindari transaksi menggunakan uang kertas dan beralih dengan belanja online menggunakan e-wallet.

Belajar dari kisah viral karyawan bergaji 80 juta yang terlilit utang, masyarkat menjadi lebih mawas diri dalam berutang dan lebih efisien dalam mengelola keuangannya untuk menghindari dampak negatif pandemi.

Sampai saat ini, dunia masih dihadapkan dengan ketidakpastian karena vaksin Corona belum ditemukan. Artinya, masyarakat perlu mempersiapkan dana darurat untuk mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan sampai waktu yang tidak dapat ditentukan.

Kondisi pandemi menyadarkan masyarakat akan pentingnya mencari sumber penghasilan tambahan. Sumber penghasilan baru tersebut dapat dimulai dari minat atau kemampuan yang dimiliki. Masyarakat dapat mulai mencoba, bereksperimen, dan bereksplorasi dengan memanfaatkan kemudahan teknologi.

Pandemi Covid-19 telah mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih adaptif terhadap teknologi, tidak terkecuali dalam pemanfaatan teknologi untuk berinvestasi. Selain itu, situasi saat ini mendorong masyarakat untuk lebih sadar akan pentingnya mengelola keuangan dengan baik guna mengantisipasi kebutuhan di masa depan.

 

Exit mobile version