Saya itu orangnya nggak pede kalau bicara di hadapan banyak orang. Tapi saya harus membiasakan diri, supaya gagasan atau ide-ide yang mau disampaikan sampai dan mengalir. Soalnya kadang kalau pas grogi, apa yang mau kita sampaikan menjadi ‘kering’ dan terbata bata. Ya kata anak muda, nggak asyik!
Ya, saya memang bukan tipikal orator. Saya tipikal pekerja. Saya seorang praktisi, dan biasanya saya menjadi pendengar yang baik, lalu mencermati, dan mengimplementasikan. Pinginnya seperti yang lain-lain, kerja oke, bicara juga keren.
Tapi maklum, latar belakang saya yang ndeso belum sepenuhnya move on. Masih saja nggak pede berhadapan anak-anak muda, generasi yang hidup kekinian.
Setahun sekali saya bicara di hadapan karyawan pusat, keluarga besar Proaktif. Bisanya bersamaan dengan halal bihalal, seperti Jumat (7/7) sore itu, saya menyampaikan sambutan sekaligus memberikan sedikit inspirasi di hadapan karyawan. Yang kebetulan bertepatan dengan ulang tahun saya. Suasananya kok kurang begitu mendukung, kalau saya harus banyak bicara hal teknis tentang policy perusahaan. Makanya saya batasi pada pembicaraan yang bersifat makro saja.
Intinya begini, dalam bisnis pasang surut itu biasa. Kondisi apapun harus disikapi dengan kerja keras, kerja cerdas, kerja sat set. Bahwa dalam setiap bisnis tantangan selalu ada, persaingan menjadikan kita lebih dewasa. Saya sampaikan, dalam bisnis butuh inovasi. Dalam istilahnya, jangan kalah set. Makanya harus sat set. Ini tagline yang sudah saya tanamkan semenjak 12 tahun yang lalu, ketika saya mendirikan perusahaan.
Artinya kecepatan itu penting. Bukan lagi yang besar mengalahkan yang kecil, tapi yang cepat akan mengalahkan yang lambat. Saya meminjam istilah Pak #jokowi, #PresidenRI, baru-baru ini menyampaikan hal ini. Tapi jauh sebelumnya saya sudah menerapkan pola bisnis yang sat set. Cepat merespon peluang, cepat bergerak mengikuti eranya. Istilahnya, jangan cupu-cupu amatlah, harus kekinian. Yang lain bergerak cepat, kita harus lebih cepat.
Lantas, soal SDM (Sumber Daya Manusia), saya sampaikan, bahwa semua karyawan punya peluang yang sama untuk menempati posisi penting di perusahaan. Saya bukan tipikal pemimpin yang otoriter, mentang-mentang yang punya perusahaan menempatkan anak, saudara atau kroni pada posisi-posi strategis. Saya harus profesional mengelola bisnis, dimana orang-orang profesional menempati posisi penting di perusahaan, tanpa melihat siapa dan latar belakangnya.
Saya langsung sebutkan, biar anak sendiri, kalau dia belum mampu mengelola unit usaha, saya nggak akan paksakan. Memang saat ini ada posisi penting dipegang oleh keponakan, yaitu anak dari kakak saya. Dia adalah CEO dari beberapa perusahaan. Tapi saya menilai dia punya kemampuan dan kapabilitas di bidangnya. Sudah saatnya pegang peran penting di perusahaan. Asal tahu saja, keponakan yang sekarang berada diposisi itu, merintis benar-benar dari bawah. Lulus SMA karena nggak ada biaya langsung kerja di kantor saya sebagai office boy, (OB), selama 2 tahun kerja di posisi OB, sambil nyambi kuliah malam, dan dia tanpa sepengetahuan saya, belajar banyak hal. Sampai pada posisi sekarang, sudah melakui proses seleksi alam.
Jadi kalau ada karyawan yang ditempatkan di posisi berpindah pindah, atau rangkap-rangak, ada dua kemungkinan, pertama kemungkinan manajemen mencarikan posisi yang pas buat yang bersangkutan. Yang kedua, bisa jadi dia sebenarnya sedang diuji mental dan kemampuannya. Yang namanya sedang diuji, berarti akan mendapatkan posisi lebih baik.
Bahwa SDM adalah aset. Mereka adalah bagian penting dalam perusahaan ini. Makanya saya menganggap mereka-mereka ini adalah bagian dari keluarga besar, dimana mereka punya rasa memiliki. Sehingga menjadi penting menjadikan tempat ini sebagai ladang ilmu, ladang mencari rizky, dan terakhir ladang amal. Ada banyak peluang, dan kesempatan, yang bisa diraih dengan cara-cara yang halal dalan spirit keluarga besar.
Saya orangnya sangat terbuka, terhadap kritik dan masukan. Saya selalu membuka dialog dua arah, supaya ada jalan keluar dari sebuah masalah. Cuma kadang ada karyawan yang segan berdebat dengan saya. Jangankan diajak bertukar pikiran atau berdebat terbuka, baru mau ketemu saja ada yang takut, sampai baca-baca doa dan dzikir. Waduhh!! Sampai segitunya. Apa karena saya yg wajahnya terlalu serius apa gimana ya? Jangan kita melihat orang dari sampulnya, sudah menyimpulkan.
Insya Allah karyawan-karyawan saya bukan tipikal seperti itu. Yang masih takut atau segan sama saya, saya selalu ledekin dan ajak becandaan di WA (Whatsapp). Sudah begitu, eh masih saja WA saya: mohon ijin pak saya mau ketawa, nggak tahan….
#inspirasi #gembala_kerbau_taklukan_harimau #klikagi #beritaenam.com #musikpantura.com