beritaenam.com, Jakarta – Tim hukum Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengklaim kemenangan Pilpres 2019 dengan meraih 71.247.792 suara, namun terjadi indikasi rekayasa (engineering) perolehan suara serta DPT lewat sistem IT. KPU heran jika benar metode itu bisa dilakukan.
“Saya baru ngerti ada satu metode bisa memanipulasi DPT melalui IT saya baru mengerti tuh. Canggih sekali itu. Ya iya itu canggih sekali, KPU saja tidak bisa,” kata Komisioner KPU, Pramono Ubaid Tanthowi usai sidang di gedung MK, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (14/6/2019).
Pramono menyebutkan sistem IT yang dimiliki KPU tak bisa dimasuki penyusup. Dia menilai jika ada yang menyebutkan sistem di KPU bisa disusupi, itu hanya tuduhan tanpa bukti.
“Karena selama ini tidak ada yang bisa masuk, itu tuduhan-tuduhan yang menurut kita tidak ada buktinya. Ada intruderlah, penyusuplah, itu menurut kita tidak ada bukti sama sekali,” ujarnya.
“Lagian kalau bisa masuk ke situ pun tidak bisa mengubah apa-apa. Masuk ke dalam situng kan tidak bisa mengubah apa-apa. Tidak bisa ubah perolehan suara. Kan dihitungnya bukan dari situ,” ucapnya.
Sebelumnya Ketua Tim Hukum Prabowo-Sandi, Bambang Widjojanto (BW), mengatakan pihaknya memenangkan Pilpres 2019 dengan meraih 71.247.792 suara.
Angka ini berbeda dengan angka yang tertuang dalam gugatan, di mana mereka mengklaim menang sebanyak 68.650.239 suara.
Berdasarkan hitungan tim IT internal, kata BW, ada penggerusan suara 02 sebesar lebih dari 2.500.000 dan penggelembungan suara 01 sekitar di atas 20.000.000.
Dia menjelaskan, proses utak-atik suara diduga dilakukan dengan menggunakan teknologi informasi dengan ditemukannya indikasi proses rekayasa (engineering), dan sekaligus penyesuaian atas perolehan suara yang sedari awal sudah didesain dengan komposisi atau target tertentu dengan menggunakan sistem IT tertentu.
Menurut BW, jika dilihat dari prosentase suara penggelembungan pasangan 01 dibandingkan kehadiran, maka penggelembungan terbesar terjadi di Provinsi Jawa tengah, Jawa Timur, Banten, Jawa Barat dan Jambi, Kalimantan Selatan dan Bengkulu.