Site icon Beritaenam.com

Dunia Tidak Siap

Beritaenam.com —  Dunia tidak siap, tergagap gagap menghadapi pandemi COVID 19, tidak peduli negara manapun.

Bedanya ada negara yang dengan sigap mengambil keputusan tertentu yang mungkin tidak terbaik, tetapi berharap bukan yang terburuk, ada yang masih berkutat dengan argumentasi eyel-eyelan, ada yang masih konflik antara pemerintah pusat dan daerah, dan banyak lagi.

Yang jelas kita harus berkaca kepada kasus Pandemi yang sudah pernah terjadi berkali-kali terhadap masyarakat dunia sejak beratus-ratus tahun yang lalu.

Terutama kepada pandemi sejenis terkait virus yang menyerang sistem pernafasan manusia, antara lain Pandemi Influenza di tahun 1918 atau wabah SARS Severe Accute Respiratory Syndrome atau MERS Middle East Respiratory Syndrome.

Yang paling membedakan adalah bahwa virus yang terlibat di masa kini sudah mengalami mutasi dibandingkan virus di masa lalu.

Penanganan penyebaran virus di masa kini mengandung tantangan yang luar biasa rumit dibandingkan di masa lalu.

Walaupun kemajuan teknologi dalam bidang medis dan kesehatan sudah jauh lebih baik dibandingkan puluhan atau ratusan tahun yang lalu.

Yang jelas dengan berkaca pada situasi pandemi di masa lalu, penanganan terhadap wabah COVID 19 di masa kini, harus dengan sangat hati hati memperhatikan aspek-aspek penting.

Pertama, terutama kita harus memutus rantai penyebaran virus,

Pilihan Lockdown atau Herd Immunity, Social Distancing atau isolasi mandiri atau Pembatasan Sosia berskala Besar, adalah pilihan yang sulit dengan berbagai resikonya masing-masing.

Berbagai pilihan yang tersedia, pasti tidak akan mampu menyenangkan semua orang.

Namun yang paling utama adalah melindungi diri terhadap potensi penularan dan penyebaran virus, dengan cara: menjaga kebersihan diri dan sekitar dengan sering mencuci tangan dan mandi, memastikan gizi dan asupan makanan yang sehat.

Juga istirahat cukup, berolah raga, menjaga diri dari stress, serta merubah perilaku sosial, demi memastikan imunitas tubuh.

Faktor ke 5 dan ke 6 adalah hal yang paling penting karena berdasarkan berbagai penelitian sangat berpotensi menurunkan imunitas tubuh yang dapat meningkatkan resiko tertular virus.

Menjadi sangat penting untuk memperhatikan kelompok rentan agar tidak tertular virus, antara lain kelompok rentan fisik, rentan psikologis dan rentan sosial.

Ini dilakukan mulai dari yang usia lanjut, mereka yang memiliki penyakit serius, seperti: diabetes, jantung, pernafasan, kanker, lambung, juga mereka yang memiliki riwayat gangguan kecemasan, gangguan depresi, adiksi dan bipolar.

Serta mereka yang rawan tidak mampu menjalankan protap kesehatan di atas, antara lain mereka yang memiliki keterbatasan, terputus mata pencaharian dan penghasilan.

Social distancing menjadi sangat penting karena melibatkan proses membatasi diri, menahan diri, tidak berkumpul, menjaga jarak, menjaga perilaku, tidak lagi bersalaman, cium tangan, berpelukan, berdekatan, berkerumun, berdesak-desakanan.

Di dalam Social Distancing sudah termasuk Physical Distancing, karena Social Distancing meliputi semua perilaku sosial terkait berbagai interaksi dan komunikasi manusia, sementara tidak sebaliknya.

Mau tidak mau, masyarakat terdesak untuk menjalani kehidupan normal yang baru. Mengenakan masker, salam takzim, selalu membawa sanitizer, Study from Home, Work From Home, online meeting, online counseling, online course, online shopping, online banking, online trading, online concert, online praying, mungkin juga akan terjadi online wedding.

Suka tidak suka, mau tidak mau, semua harus menyesuaikan diri.

Kedua, kita harus memastikan agar rantai kehidupan tidak terputus.

Sebagai dampak dari karantina dan isolasi, sangat mudah diprediksi, sebagian masyarakat akan mengalami masalah luar biasa besar, yaitu resiko terputusnya rantai kehidupan.

Kehilangan pekerjaan, kehilangan mata pencaharian, kehilangan penghasilan, kehilangan kesempatan.

Berbagai usaha dan bidang pekerjaan ambruk, mulai dari, tentu saja:

a. industri pariwisata: travel, hotel, restoran, tempat rekreasi dan hiburan, termasuk pekerja seni yang menggantungkan asap dapurnya dari performance harian dan mingguan mereka;

b. industri olah raga: stadion, liga, fitness center, gym center, produsen merchandise dan pedagang kecil di sekitar tempat olah raga;

c. usaha retail: shopping center, mall, outlets, yang berakibat fatal pada para pekerjanya, yang wajib dirumahkan dan terancam tidak menerima gaji

d. industri hiburan dan media: hilangnya pemasukan iklan membuat banyak acara2 ditangguhkan dan para pekerja industri media kehilangan pekerjaan dan acara2 yang biasa rutin ditayangkan

e. dan banyak lagi

Tindakan pemerintah untuk memastikan bantuan sosial kepada kelompok pra sejahtera, sebagai kelompok yang paling berpotensi terkena dampak, sudah sangat tepat.

Untungnya Indonesia sudah memiliki program keluarga Harapan (PKH), yang sudah sangat banyak mengalami penyempurnaan dibandingkan 7 tahun yang lalu, dengan program Peningkatan Kualitas Keluarga (P2K2), dengan ratusan pendamping sosial dan supervisor, yang menjangkau keluarga penerima manfaat PKH, yang meningkat setiap tahunnya.

– Tahun 2010 – 2014 terjadi peningkatan target beneficiaries dan alokasi budget PKH, melampaui baseline target perencanaan Pelaksanaan PKH tahun 2016 sebanyak 6 juta keluarga miskin dengan anggaran sebesar Rp. 10 Triliun.
– Jumlah penerima PKH tahun 2017 sebanyak 6.228.810 keluarga dengan anggaran sebesar Rp. 11,5 Triliun
– Jumlah penerima PKH tahun 2018 sebanyak 10.000.232 KPM dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 17,5 Triliun
– Target penerima PKH tahun 2019 sebanyak 10 juta KPM dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 32,65 Triliun
– tahun 2020 pemerintah pun menambah anggaran untuk bansos PKH sebesar 25 persen. Jumlah penerima pun ditambah dari 9,2 juta KPM menjadi 10 juta KPM. Mulai pertengahan April ini, KPM sudah bisa mencairkan bansos PKH setiap bulan sampai Desember 2020. Sebelumnya bansos PKH diberikan tiap tiga bulan sekali, yaitu di Januari, April, Juli, dan Oktober, menurut Menteri Sosial Juliari P. Batubara.

Bagaimana dengan kelompok rentan lain yang tidak termasuk dalam kelompok prasejahtera tetapi juga sudah babak belur tidak memiliki penghasilan ?

Beruntunglah, manusia memiliki naluri sosial, muncul berbagai gerakan sosial membantu sesama, Buy2Donate, buy one give one, 1000 untuk sesama, Peduli Kasih, dan lain2.

Mereka tidak pernah kuatir kehabisan uang simpanan, karena mereka meyakini pepatah usang : tidak akan pernah habis uang yang kamu miliki, jika kamu habiskan untuk orang tua, pendidikan dan sesama (sosial).

Ketiga, adalah dengan memutus rantai fitnah dan hoax yang berpotensi memancing provokasi dan menimbulkan kecemasan serta kepanikan masyarakat

Sekali lagi cemas dan panik meningkatkan resiko menurunnya imunitas tubuh. Kesulitan yang lebih fatal di tahun 2020 adalah membendung arus informasi hoax dan fitnah. Belum ditambah dengan kelompok2 masyarakat yang tidak bertanggung jawab, berusaha mengail di air keruh, sengaja menciptakan suasana chaos agar masyarakat panik.

Nah ini yang paling berbahaya dan luar biasa bertentangan dengan prinsip kemanusiaan. Mereka sengaja mengacaukan semua rencana yang ada

Seorang fotografer pernah merilis rahasia pengambilan angle foto yang membuat efek tertentu, atau berbagai Informasi penelitian tentang kekuatan media sosial dalam memancing emosi dan amarah, saling mencerca, saling menyebarkan berita bohong.

Sementara yang lain, ada yang kabur dari rumah sakit, sengaja jalan-jalan ke Mall dengan memamerkan hasil lab Test nya yang ODP, atau mengajak masyarakat untuk cuek dan melanggar protap kesehatan.

Ada yang tetap memaksa mudik, atau jalan-jalan ke luar negeri atau ke luar kota, mengenang memori lawas dengan berdesak-desakan di sebuah restoran yang akan tutup, menyalahkan pemerintah – baik pusat maupun daerah.

Tampak juga yang memaki-maki, melecehkan berbagai upaya orang lain karena menolak idenya untuk lockdown, ada yang meledak-ledak marah karena dilarang duduk berdekatan dalam mobil bersama istri.

Ada yang sibuk melakukan kekerasan seksual, ada yang prostitusi online, ada yang berbagi paket bantuan isi sampah, berjualan surat bebas Covid online, dan berbagai perilaku unik lainnya.

Sementara team tenaga medis kita di seluruh Indonesia, hanya mampu terpana menyaksikan itu semua, di balik jubah APD mereka yang sangat terbatas jumlahnya, sudah jungkir balik berbulan-bulan bertarung melawan virus.

Para pejuang kesehatan itu, memperjuangkan kehidupan para pasien, mengorbankan waktu dan tenaga, bahkan juga mengorbankan kehidupan dan keluarga.

Mereka memang sudah mengucapkan sumpah untuk selalu mengabdikan diri dan keilmuan mereka untuk masyarakat. Namun, layak kah mereka mendapatkan ancaman gagal terputusnya rantai penyebaran virus akibat perilaku tidak bertanggung jawab dari masyarakat

Apapun pilihan Anda, berhentilah menyalahkan orang lain.

Dunia boleh tergagap, mari menyelamatkan diri, keluarga, negara dan dunia dari ancaman COVID. Mari menghadapi dunia baru, the New Normal, yang ditandai dengan berbagai perubahan gaya hidup dan perilaku, mulai dari perilaku kerja, perilaku belajar, perilaku berkeluarga, perilaku bergaul, perilaku berusaha, perilaku ekonomi, perilaku sosial, perilaku beribadah.

Siapkah anda ?

Di tahun 2020, COVID 19 menjadi momok yang menakutkan. Sebagaimana di tahun 1918, pandemi influenza juga menjadi momok yang sangat menakutkan, dan berakibat kepada jumlah kematian yang tinggi.

Biarkan pemerintah bekerja, biarkan mereka Yang tidak mau mematuhi protap kesehatan, tetapi tentu saja ada konsekwensi dari segala pilihan mereka

Mari kita hadapi virus 🦠 bersama dengan bijaksana. Perjuangan belum berhenti, Mari kita menangkan perang melawan 🦠.

PESAN MAHA PATIH GAJAH MADA :

Seluruh Nusantara telah bersatu, BHINNEKA TUNGGAL IKA tan hana dharma mangrwa.

Sudah saatnya seluruh rakyat Indonesia bersatu.

klik juga: Kasandra Sepakat Dengan Jokowi

baca juga: majalah MATRA edisi cetak edisi terbaru — klik ini

 

Exit mobile version