Site icon Beritaenam.com

Erick Thohir: Vaksin Merah Putih Game Changer

Menteri BUMN Erick Thohir menilai produksi vaksin Merah Putih yang masih diteliti saat ini dapat menjadi “game changer”.

Apa itu?

Pengubah situasi di saat pandemi COVID-19, dari ketergantungan kepada vaksin impor menjadi tidak tergantung karena mampu produksi vaksin sendiri di dalam negeri.

“Kemarin, Menkes sudah datang ke Bio Farma dan kita laporkan kita tidak mau tergantung terus vaksin impor,” ujar Erick Thohir.

Hanya saja memang vaksin Merah Putih disebut akan diadakan dan masih perlu waktu.

Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi untuk mengajak mengawal pendistribusian vaksin COVID-19.

Selain itu, kedua menteri meminta KPK untuk mengawal program satu data yang nantinya berguna bagi pemerintah dalam menyalurkan bantuan kepada rakyat agar tepat sasaran

Hari ini bersama KPK dan Menkes akan pantau vaksin Merah Putih bersama agar menjadi ‘game changer’ bangsa kita tidak tergantung vaksin luar negeri saja.

Erick Thohir menyampaikan hal tersebut seusai pertemuan antara dirinya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dua pimpinan KPK Alexander Marwata dan Lili Pintauli Siregar, Deputi Pencegahan KPK Pahala Nainggolan serta sejumlah pejabat terkait lain seperti Irjen Kemenkes Murti Utami dan Dirut Bio Farma Honesti Basyir.

Indonesia membentuk konsorsium yang terdiri dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, LIPI, Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Airlangga untuk mempersiapkan vaksin merah putih.

Vaksin Merah Putih dikembangkan dengan metode rekombinan, artinya tidak seluruh virus digunakan tapi hanya bagian-bagian tertentu dari virus yang dianggap penting kemudian diperbanyak dan dijadikan antigen.

Selain itu Indonesia akan menerima vaksin Sinovac dalam bentuk bahan baku (bulk) sebanyak 15 juta dosis yang selanjutnya akan diproduksi oleh Bio Farma.

“Kita menyiapkan produksi 250 juta dosis. Keputusan itu kita ambil di bulan April dan alhamdullilah Desember ini kesiapannya menjadi 250 juta, 100 juta sudah dapat sertifikat BPOM dan Insya Allah 150 juta dapat lagi bulan Maret 2021 jadi totalnya 250 juta,” tambah Erick.

BPOM telah memberikan sertifikat perizinan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) atau izin untuk memulai produksi obat dan vaksin COVID-19 kepada Bio Farma.

“Bahan baku yang akan datang pertengahan Januari ini, dimana Presiden sudah menugaskan Januari ini mendistribusikan 5,8 juta dosis, Februari sebanyak 10,4 juta dan Maret 13,3 juta untuk memproduksi bahan baku vaksin menjadi vaksin,” ungkap Erick.

Pemerintah diketahui juga sudah mengonfirmasi pemesanan 329,5 juta dosis vaksin COVID-19 dari berbagai produsen.

Pertama dari perusahaan farmasi Tiongkok Sinovac sebanyak 125,5 juta dosis; kedua dari pabrikan vaksin Amerika Serikat-Kanada Novavax sebesar 50 juta dosis.

Untuk yang ketiga dari kerja sama multilateral WHO dan Aliansi Vaksin Dunia (Covax-GAVI) sebesar 50 juta dosis; keempat dari pabrikan Inggris AstraZeneca sebanyak 50 juta dosis; dan kelima perusahaan farmasi gabungan Jerman dan Amerika Serikat Pfizer BioNTech sebesar 50 juta.

Exit mobile version