Site icon Beritaenam.com

Gaya Humaniora Foundation Berbagi Kebahagiaan Di Usia 24 Tahun

beritaenam.com, Bekasi – Humaniora Foundation didirikan pada tanggal 17 Ramadhan (17 Ramadhan 1415 H / 17 Februari 1995). Ulang tahunnya selalu diperingati bersamaan dengan momen _Nuzulul Quran_ (turunnya al Qur’an). Tanggal dan bulan tersebut secara konsepsional menurut pendirinya, Eddie Karsito, dipilih sebagai transformasi makna; membumikan al-Quran.

“Kitab-kitab agama itu tidak hanya disakralkan; disucikan, tetapi dihadirkan, dinyatakan dalam perbuatan. Selain dijadikan petunjuk, dan menjadi acuan pokok bagi manusia dalam menjalani kehidupan,” ungkap Eddie Karsito kepada Beritaenam.com yang turut hadir di acara peringatan Hari Ulang Tahun Ke-24 Humaniora Foundation, sekaligus santunan bagi para janda lanjut usia berprofesi sebagai pemulung, di Kranggan Permai, Jatisampurna, Bekasi, Jum’at (24/5) sore lalu.

Dalam peringatan HUT Ke-24 Humaniora Foundation, ditandai dengan menyampaikan tausyiah dan doa dari sejumlah penceramah muda, antara lain; ustadz Ferdy Husainy, ustadz Wahyudin Yuha, ustadz Rizal Fauzi, serta tokoh spiritual Panglima Langit.

Selanjutnya acara berbuka puasa bersama, pemberian santunan bagi anak yatim, kaum dhua’fa dan janda lanjut usia berprofesi sebagai pemulung. Santunan yang diberikan berupa uang tunai, bingkisan makanan, perangkat ibadah (sarung), dan sumbangan lainnya.

Lebih jauh, pemberian sumbangan pada kegiatan sosial ini, ikutan terlibat para artis yang tergabung di Komunitas Amal Sedekah Ikhlas Hati (KASIH), antara lain; Ageng Kiwi, Roman D. Man, Ratna Listy, Dean Desvi, Lia Emilia, dan Renny Agustine. Sumbangan juga datang dari artis senior Yati Surachman, pianis Dhikapatrick, dari artis pendatang baru Adeliyana Indahsari, serta dari pekerja seni, Rachmat.

Turut menyemarakkan acara ini artis lainnya, diantaranya aktor senior Iwan Burnani, Five V. Rachmawati, Irma Darmawangsa, Lisda Oktavianti, Irfan Sebastian, Livi Andriany, Aksay, Ratna Pandita, Lia Bulmat Raeshard, Ferly Putra, dan artis lainnya.

“Kadang kita berniat membantu. Tapi sering kali kehilangan kesempatan untuk meringankan penderitaan orang lain. Kesempatan itu berlalu begitu saja karena kita tidak tanggap terhadap kebutuhan mereka. Empati adalah kunci yang dapat membuka peluang bagi kita untuk berbuat kebaikan. Merasakan apa yang dialami orang lain. Mengasihi saudara-saudara kita, seperti nenek-nenek janda pemulung ini,” papar Ageng Kiwi. (ASA)

Exit mobile version