Site icon Beritaenam.com

Gerakan Kelorasi Terkait Cegah Covid-19

Bisa jadi, ini jalan keluar untuk mengatasi krisis gizi dan ketahanan tubuh di tengah serbuan pandemi Covid 19.

Yuk kita lakukan gerakan “kelorisasi” di seluruh pelosok tanah air. Gaya hidup berkebun sembari berjemur sebaiknya diimbuhi dengan langkah menanam tanaman yang bermanfaat.

Terkait ubah laku, penerapan prokes di lapangan, serta gerakan 5M dan program vaksinasi. Hal ini jangan dipaparkan dalam “kekakuan”, tapi kiranya dengan informasi yang membawa hal-hal optimis.

Tak semua warga beruntung dapat membeli makanan bergizi untuk meningkatkan ketahanan tubuh. Karena itu kita perlu banyak akal.

Lahan yang tersedia harus dimanfaatkan maksimal untuk menanam pohon yang daunnya dapat diolah dan dapat kita konsumsi setiap hari.

Ketahanan pangan telah lama dan sering dikumandangkan. Yang jarang dilakukan adalah menjadikan gagasan baik menjadi gerakan yang dilaksanakan. Nah, kapan lagi gerakan dimulai kalau tidak sekarang.

Prepare for the worst, hope for the best.

“Dunia tak selebar daun kelor”, hal itu karena daun kelor memiliki ukuran yang kecil. Daun kelor memiliki ukuran yang kecil. Walau kecil ukurannya, daun kelor memiliki banyak manfaat penting bagi kesehatan tubuh. Ilmuan menyebutnya sebagai pohon ajaib (Miracle Tree).

Daun kelor berbentuk bulat lonjong, dan ukurannya yang kecil tersusun rapi pada sebuah tangkai, biasanya dimasak sebagai sayur untuk pengobatan. Penelitian mengenai khasiat daun kelor telah dimulai sejak 1980, pada bagian daunnya, lalu kulit batang, buah dan bijinya.

Benarkah Cegah Covid?

Agaknya, menanam pohon kelor tampaknya sedang menjadi tren. Umumnya mereka menanam dalam pot dan diletakkan di depan rumah.

Apa sebenarnya yang terjdi di balik fenomena ini? “Katanya sih tanaman ditakuti sama jin atau setan. Orang-orang di sini bilang begitu, makanya saya tanam juga,” tutur Imam.

“Ya katanya memang seperti itu, biar kita nggak digangguin jin atau setan,” ucap Parmanti yang bertenagga dengan Imam.

Sebenarnya “manfaat” tanaman kelor sudah lama diperbicangkan masyarakat. Namun, tren menanam pohon ini kadang pasang surut, tergantung “isu” yang berhembus di tengah masyarakat.

Dipercaya Membuang Ajimat.

Di sebagian kalangan masyarakat di Jawa, tanaman kelor juga sering digunakan sebagai campuran air untuk memandikan jenazah.

Menurut kepercayaan, campuran tersebut dimaksudkan untuk membuang ajimat yang masih melekat pada jasadnya.

Manfaat lain dari tanaman kelor, masih menurut kepercayaan tertentu, bisa sebagai penangkal kekuatan magis, ilmu hitam atau guna-guna, serta ajimat kesaktian.

Caranya, cukup dengan mengibas-ibaskan setangkai daun kelor ke bagian muka korban. Bisa juga air rendaman tanaman kelor disiramkan ke sekujur tubuhnya. Kelor terkadang juga dijuluki “si kayu gaib”, terutama galihnya (inti kayu kelor yang keras, coklat tua hingga hitam).

Adakalanya kayu galih kelor yang biasanya langka itu “dipuja-puja” oleh kalangan dukun di Jawa. Konon, kekuatan magis yang tersimpan di dalamnya mampu menangkis energi (kekuatan) negatif dari ilmu hitam maupun serangan fisik.

Namun ada juga yang justru memanfaatkan galih kelor sebagai bahan suvenir yang laku diperdagangkan. Semisal dibuat kerajinan anting-anting dengan bentuk dan ukuran bervariasi.

Konon, bersama bahan-bahan lain, seperti pala, bawang merah, bawang putih, dan lainnya, kelor bisa dibuat bedak pupur untuk sarana mengobati orang kurang waras.

Mereka yang suka ngomong sendiri, ngomel-ngomel sendiri, melucu sendiri, dan tertawa sendiri. Begitu pun orang yang kesurupan akan kembali “waras”.

Sisi Lain Dari Pengobatan Non Medis

Michael D. Benge, dari Badan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi AS, di Washington DC pernah merilis. Daun kelor juga dikenal kaya kalsium (Ca) dan zat besi (Fe).

Juga sebagai sumber fosfor yang baik. Begitu pula buah mudanya bersifat sukulen (berkadar air tinggi) dan tinggi kandungan proteinnya.

Sementara, biji buahnya yang tua dan kering menyimpan kadar minyak (lemak) nabati 35 – 40%. Komposisi asam lemaknya meliputi, asam oleat, asam linoleat, asam eikosanoat, asam palmitat, asam stearat, asam arakhidat, dan lainnya.

Pemanfaatannya sebagai tanaman obat pun bukan hal baru. Daun kelor ditumbuk halus bisa ditorehkan pada luka untuk mempercepat penyembuhan.

Daun kelor kaya akan vitamin A, vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niacin), vitamin B6, serta vitamin C, mineral, dan senyawa tanaman bermanfaat lainnya.
Selain itu, kandungan polifenol dalam daun kelor memiliki sifat melawan kanker dan dapat mengurangi risiko seperti penyakit jantung dan diabetes.
Daun kelor bisa dikonsumsi secara mentah, diolah menjadi teh, hingga menjadi masakan sayur bening. Daun kelor juga memiliki kandungan penting lainnya seperti kalsium, kalium, zat besi, magnesium, fosfor, seng, serta rendah kalori.

Catatan pinggirnya semacam ini.

Kelor menjadi sumber antioksidan kuat. Dimana radikal bebas dalam tubuh merupakan ancaman bagi sistem kekebalan. Antioksidan membantu membersihkan radikal bebas.

Bahkan bisa mencegah kanker. Fitokimia yang diidentifikasi dari tanaman ini dapat menghambat virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Daun ini kaya akan sifat anti-inflamasi. Jadi, bukan hanya memiliki manfaat sisi mistis.

Silakan Anda percaya yang mana.

 

Exit mobile version