Site icon Beritaenam.com

Indonesia Perkuat Posisi dalam Ekosistem Kendaraan Listrik dengan Pabrik Anoda Terbesar di Luar Tiongkok

Beritaenam.com — Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mengambil langkah penting dengan menghentikan ekspor bahan mentah dan menetapkan kebijakan hilirisasi. Indonesia kini berangsur membangun ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri, yang diharapkan dapat menjadi salah satu pemain utama dalam rantai pasokan global dalam beberapa tahun ke depan.

“Rencana yang sudah kita putuskan beberapa tahun yang lalu untuk membangun sebuah ekosistem besar kendaraan listrik, satu per satu mulai kelihatan nyata dan betul-betul sudah ada di negara kita, Indonesia,” tutur Presiden RI Joko Widodo saat meresmikan Pabrik Bahan Anoda Baterai Lithium PT Indonesia BTR New Energi Material di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Provinsi Jawa Tengah.

Sebagai pelaku usaha di KEK Kendal sejak Agustus 2023, PT Indonesia BTR New Energi telah berhasil menyelesaikan pembangunan pabrik tahap pertama dalam waktu hanya 10 bulan. Pabrik ini menjadi pabrik anoda terbesar di dunia di luar Tiongkok.

Konstruksi tahap kedua akan dimulai pada semester kedua tahun ini dengan target COD pada Maret 2025. Setelah Tahap I dan II selesai, Indonesia akan menjadi produsen bahan anoda baterai litium-ion terbesar kedua di dunia dengan total produksi 160.000 ton per tahun.

Pada tahap pertama, proyek tersebut akan menghasilkan kapasitas produksi hingga 80.000 ton material anoda per tahun dengan investasi sebesar USD478 juta. Tahap kedua akan memberikan tambahan kapasitas produksi sebesar 80.000 ton per tahun, dengan rencana investasi sebesar USD299 juta. Proyek ini secara total akan menciptakan lapangan kerja bagi 7800 tenaga kerja, dengan serapan 6000 tenaga kerja lokal pada saat konstruksi dan 1800 tenaga kerja lokal pada saat beroperasi di tahap pertama dan kedua.

Proyek BTR akan memberikan kontribusi devisa sekitar USD1 miliar per tahun. Proyek ini akan mengisi kekosongan industri anoda baterai lithium di Indonesia dan wilayah ASEAN. Selain mendukung program hilirisasi pemerintah, proyek ini juga diharapkan dapat mendorong supply chain industri energi baru sekaligus mendukung integrasi Indonesia ke dalam rantai pasokan global bahan baterai litium sehingga dapat menjadi pemain global dalam ekosistem baterai dan kendaraan listrik.

“Kami laporkan, Bapak Presiden, bahwa Kawasan Ekonomi Khusus ini kita sudah membangun 22 Kawasan Ekonomi semacam ini, dari Aceh sampai Papua. Dan sampai semester pertama tahun ini investasinya Rp205,2 triliun, serapan tenaga kerjanya 132.227 orang,” ucap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam laporannya pada kesempatan yang sama.

Sejak ditetapkan pada tahun 2019, KEK Kendal telah berhasil menghadirkan 105 pelaku usaha (investor) untuk berinvestasi di kawasan tersebut. Secara kumulatif, KEK Kendal telah merealisasikan investasi sebesar Rp55 triliun, serta menyerap tenaga kerja lebih dari 49.000 orang.

Bersama dengan kawasan lainnya di Pantai Utara Jawa, KEK Kendal telah menjadi bagian dari infrastruktur utama ekonomi di Pulau Jawa, yang secara spasial turut berperan sebanyak 57% dari perekonomian nasional. Kawasan Pantai Utara Jawa merupakan kawasan yang sangat strategis dengan populasi penduduk sekitar 50 juta jiwa dan mampu memberikan kontribusi terhadap PDB nasional mencapai sekitar 20,7%.

Exit mobile version