Site icon Beritaenam.com

Kekerasan Anti-Muslim Menyebar, Sri Lanka Terapkan Jam Malam di Seluruh Negeri

Pasukan keamanan Sri Lanka melakukan pemeriksaan di sudut ibu kota Colombo, Senin (13/05), setelah jam malam diberlakukan di seluruh pelosok negara itu. (FOTO: LAKRUWAN WANNIARACHCHI/AFP)

Kolombo – Sri Lanka menerapkan jam malam di seluruh pelosok negeri, setelah kerusuhan anti-Muslim menyebar ke sejumlah kota, sejak serangan bom di sejumlah gereja dan hotel.

Di sebuah provinsi di wilayah barat laut Sri Lanka, massa menyerang masjid dan toko, dan polisi setempat mengatakan satu orang terbunuh.

Polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerumunan dan memberlakukan jam malam sampai waktu yang tidak ditentukan.

Ketegangan meningkat sejak kelompok militan Islam melakukan serangan bom bunuh diri tiga pekan lalu yang menewaskan lebih dari 250 orang.

Dilaporkan Reuters, Selasa (14/5/2019), di sejumlah kota, polisi mengeluarkan tembakan ke udara dan menggunakan gas air mata untuk membubarkan ratusan orang perusuh.

Pada Senin (13/5) dini hari, Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, mengimbau agar masyarakat bersikap tenang dengan mengatakan bahwa kerusuhan saat ini menghambat upaya penyelidikan serangan bulan lalu.

Jam malam yang berlaku tujuh jam mulai berlangsung pukul 21.00 waktu setempat. Di Kota Kiniyama di wilayah barat laut, jendela dan pintu masjid dihancurkan.

Serangan itu dipicu oleh sekelompok orang yang menuntut penggeledahan sebuah bangunan setelah tentara memeriksa sebuah danau di dekatnya untuk mencari senjata api.

Di Kota Chilaw yang mayoritas penduduknya beragama Katolik, toko-toko dan masjid milik warga Muslim setempat diserang, menyusul unggahan di Facebook yang ditulis oleh seorang warga Muslim setempat, yang dianggap sebagai ancaman.

Pria yang menulis unggahan tersebut, seorang pengusaha Muslim berusia 38 tahun, ditangkap. Seorang pria meninggal akibat luka tusukan setelah sekelompok orang menyerang usaha bisnisnya di Distrik Puttalam, di wilayah barat laut Sri Lanka.

Pemerintah Sri Lanka memblokir sejumlah platform media sosial dan aplikasi pengiriman pesan, termasuk Facebook dan Whatsapp, agar kekerasan tidak menjalar.

“Saya mengimbau semua warga agar tetap tenang dan tidak terpengaruh informasi yang salah. Pasukan keamanan bekerja untuk menangkap teroris dan memastikan keamanan negara,” kata perdana menteri melalui Twitter.

Insiden kekerasan juga dilaporkan terjadi di Kota Hettipola, di mana sedikitnya tiga toko dilaporkan dibakar.

Jumlah populasi di Sri Lanka sekitar 21 juta jiwa, sekitar 10 persen di antaranya Muslim, sedangkan pemeluk Kristen sekitar 7,6 persen. Mayoritas penduduk Sri Lanka memeluk Buddha.

Polisi menyalahkan dua kelompok Islam setempat atas serangan bom bunuh diri pada Minggu Paskah lalu. Kelompok yang menyebut dirinya sebagai Negara Islam atau ISIS menyatakan terlibat, tetapi tidak memberikan rincian.

Keadaan darurat mulai diberlakukan setelah serangan di mana tentara dan polisi diberi kewenangan secara penuh untuk menahan dan menangkap tersangka dalam jangka waktu yang lama.

Exit mobile version