Site icon Beritaenam.com

Kind & Smart

Kisah di bawah ini diceritakan oleh Jeff Bezos, sang pendiri Amazon, toko online No. 1 Dunia. Pada saat itu (tahun 2010) Jeff diminta untuk memberikan wejangan pada para sarjana dari Princeton yang baru lulus.

Cerita ini juga dipublikasikan kembali oleh Harvard Business Review di tahun 2012. https://hbr.org/2012/08/its-more-important-to-be-kind

Di dalam cerita tersebut, pada hari itu Jeff sedang bersama dengan nenek dan kakeknya di dalam sebuah mobil. Ia saat itu berusia 10 tahun.

Perjalanannya cukup menyenangkan kecuali ada satu hal yang mengganggunya. Yaitu neneknya Jeff suka sekali merokok. Jeff kemudian menghitung berapa banyak batang rokok dalam sehari dihisap oleh neneknya tersebut.

Dan dari hasil pencarian informasi ia mengetahui bahwa 1 batang rokok itu kira-kira mengurangi usia 11 menit.

Setelah menghitung dengan cermat.. Ia pun berkata pada neneknya bahwa neneknya itu sesungguhnya sudah mengurangi usia hidupnya sebanyak 9 tahun akibat merokok tersebut.

Jeff merasa senang karena sudah bisa menampilkan sebuah data sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan dan penghitungan yang cermat. Namun apa respon sang nenek ketika mendengarnya? Sang nenek spontan nangis tersedu-sedu.

Sang kakek selanjutnya menghentikan kendaraan, lalu mengajak Jeff keluar dari mobil. Ia berkata dengan gaya menegur pada Jeff: “Jeff, one day you’ll understand that it’s harder to be kind than clever! Jeff, suatu ketika kamu akan mengerti bahwa lebih susah menjadi orang yang baik hati daripada orang pintar.”

Baru setelah Jeff Bezos sudah dewasa dan berhasil, ia baru bisa memaknai apa yang sesungguhnya disampaikan oleh kakeknya itu.

Memang tidak mudah menjadi orang baik hati yang mempunyai empati tinggi dan mau mengerti orang lain.

Sehingga bisa memberikan kebaikan pada orang tersebut. Setelah mengerti Jeff merasa bahwa cerita ini adalah cerita yang begitu penting untuk bisa dimengerti oleh orang-orang lain khususnya anak-anak muda, terutama mereka yang akan lulus dari Universitas dan memulai karirnya segera.

Di dunia ini terkadang kita harus memilih pilihan ini: Menjadi lebih baik hati atau menjadi orang pintar?

Ada seseorang nenek-nenek tua yang menjual roti atau kue pada kita. Kita tau persis bahwa roti atau kue tersebut harganya jauh lebih mahal dari seharusnya, bagaimana sikap kita?

Apakah kita akan mengabaikan saja, ataukah kita akan membelinya karena mengetahui bahwa di usia seperti nenek tersebut tidak mudah lagi mencari pekerjaan.

Dan sudah selayaknya kita mengerti dan membantu dia agar dia bisa bertahan hidup dengan modal kecil yang dia miliki satu-satunya tersebut. Sebab ini memelihara unsur-unsur kemanusiaan di dalam diri kita.

Demikian juga jika ada pedagang kecil yang menjajakan dagangannya di jalanan. Kita barangkali sering membelinya setelah dengan menggunakan otak kita menawar dengan sangat sadis (seakan-akan pedagang kecil itu pasti menipu kita) dan kita lupa menggunakan kebaikan hati kita.

Padahal di dalam setiap kesempatan selalu ada peluang untuk memilih pilihan yang tepat dengan menggunakan hati ketimbang dengan menggunakan otak.

Usaha dengan kebaikan hati, tidak pernah sia-sia. Di dalam hukum reciprocation (timbal balik). Setiap kebaikan hati tidak pernah ada yang sia-sia.

Pasti akan menimbulkan kebaikan lagi bila tidak pada diri kita, pasti kepada orang lain dan bisa jadi orang lain tersebut akan berbuat baik pada kita suatu saat.

Pun bila manusia tidak membalas budi baik kita. Masih ada Tuhan yang mengetahui hati tulus kita dalam berbuat kebaikan. Ia pasti akan mengganjar setiap perbuatan baik kita.

“No act of kindness, no matter how small, is ever wasted.” – Aesop

”Kindness in words creates confidence, Kindness in thinking creates profoundness. Kindness in giving creates love.” – Lao Tzu

Sekalipun kita pandai, cerdas dan kritis, jika pada suatu hari kita bertemu dengan seseorang yang masih belajar tapi sudah demikian sombongnya memamerkan kepandaiannya yang penuh dengan ketidaksempurnaan di depan kita.

Kita bisa saja menunjukkan kebodohannya, tapi baiknya itu tidak dilakukan. Berbaik hatilah untuk tidak merusak citranya ! Mengapa?

Sebab sesungguhnya sebelum kita menjadi pintar dan berpengalaman, kita juga sama bodohnya seperti dia. Dan bisa jadi, ketika kita mulai memiliki percaya diri atas kepintaran kita itu semuanya bisa terjadi oleh karena ada orang-orang pintar yang baik hati, bukannya mengkritik hal-hal yang tidak sempurna yang kita lakukan tetapi orang pintar tersebut malahan memuji hal-hal benar yang kita lakukan.

Milikilah hati yang baik, karena ini lebih penting dari otak yang baik.

Have a GREAT Day! GC

sumber: : Hacking Your Mind book

Exit mobile version