Site icon Beritaenam.com

Ma’ruf Digugat soal Pernyataannya, Timses: Jangan Jadikan Kaum Difabel Alat Politik

Abdul Kadir Karding.

Beritaenam.com, Jakarta – Penyandang disabilitas yang tergabung dalam Forum Tunanetra Menggugat menyesalkan pernyataan cawapres KH Ma’ruf Amin. Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Abdul Kadir Karding, berharap kaum difabel tidak menjadi alat politik.

“Saya berharap, kita jangan menggunakan difabel sebagai alat politik kita,” ujar Abdul Karding, Senin (12/11/2018) malam.

Karding menilai pernyataan Ma’ruf Amin menggunakan istilah buta-budek, ditafsrikan lain oleh oknum tertentu. Kemudian pernyataan tersebut dibuat oknum tertentu untuk membangun emosi kaum difabel untuk marah terhadap Ma’ruf Amin.

Menurut dia, Ketua umum MUI tersebut tidak pernah merendahkan orang buta dan tuli.

“Karena ada kecenderungan pura-pura menafsirkan lain pernyataan Kiai Ma’ruf Amin, lalu dibangun emosinya saudara kita difabel seakan-akan Kiai Ma’ruf Amin ini merendahkan orang buta dan tuli. Saya kira itu upaya framing dan saya dapat pastikan menggunakan difabel sebagai alat politik dan itu tidak sehat, mending kita berdebat hal-hal yang baik,” jelas dia.

Ucapan Ma’ruf Amin, dikatakan Karding sebuah kiasan terhadap kelompok yang tidak mengakui pencapaian prestasi kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Karding juga menyebutkan ucapan mantan Rais Aam PBNU tersebut tidak bermaksud menyinggung kaum difabel.

“Saya kira pernyataan Pak Kiai Ma’ruf itu tidak sama sekali ingin menyinggung atau ditujukkan untuk teman-teman saudara kita difabel. Pernyataan Kiai Ma’ruf itu tidak lebih dari sebuah kiasan yang ditujukkan kepada orang-orang yang selama ini menutup mata terhadap capaian-capaian pembangunan di lakukan oleh Pak Jokowi selama 4 tahun,” jelas dia.

“Fakta pembangunan segala bidang diingkari dengan menyampaikan penolakan capaian-capaian tersebut dan itu menurut Kiai Ma’ruf adalah buta dan budek. Oleh karena itu, saya kira membaca pernyataan Kiai Ma’ruf harus utuh dan lengkap,” imbuh politikus PKB ini.

Selain itu, dia mengatakan Ma’ruf Amin sudah menjelaskan ucapan tersebut agar menilai kinerja pemerintah secara objektif. Jika ada pembangunan yang berhasil dilakukan seharusnya diakui.

“Pak Kiai Ma’ruf sudah menyatakan maksudnya jelas kok menekankan agar orang-orang itu objektif, orang-orang itu jangan denial, orang-orang itu ya kalau ada hasil pembangunan diomongin saja ada. Tinggal nanti solusinya atau apa yang dibuat baik ke depan, itu kampanye betul, jadi bukan mencoba menutup mata terhadap fakta yang ada,” tutur dia.

Penyandang disabilitas yang tergabung dalam Forum Tunanetra Menggugat menyesalkan pernyataan Ma’ruf. Menurut mereka, pernyataan tersebut mencederai perjuangan kaum disabilitas di tengah masyarakat. Ma’ruf Amin dituntut untuk minta maaf kepada penyandang disabilitas di tanah air.

“Kami menyesalkan dan prihatin atas pernyataan KH Ma’ruf Amin. Ketika kita berjuang melawan stigma di tengah-tengah masyarakat, pernyataan ini mencederai dan menenggelamkan perjuangan kami,” kata penggerak Forum Tunanetra Menggugat, Suhendar, di Wytaguna, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Senin (12/11).

Ma’ruf Amin sendiri sudah menjelaskan maksud ucapan ‘budek’ dan ‘buta’. Ia menegaskan, ucapannya tidak menuduh seseorang. Ucapan tersebut juga termuat dalam ayat Alquran. Ia merasa heran jika ucapannya disoal.

“Saya tidak marah, dan bukan sedang menuduh siapa-siapa. Saya cuma bilang, kalau ada yang yang menafikan kenyataan, yang tak mendengar dan melihat prestasi, nah sepertinya orang itu yang dalam Alquran disebut ṣummum, bukmun, ‘umyun. Budek, bisu, dan tuli,” ujar Ma’ruf kepada Tim Blak blakan detikcom , Sabtu (10/11).

“Artinya orang yang tak mendengar, orang yang tak mau melihat, yang tak mau mengungkapkan kebenaran itu namanya bisu, budek, buta. Jadi itu bahasa ‘kalau’ ya. Saya tak menuduh orang, atau siapa-siapa. Saya heran, kenapa jadi ada yang tersinggung. Tak menuduh dia kok,” kata Ma’ruf.

Sumber: detik.com

Exit mobile version