Beritaenam.com, Surabaya – Calon Wakil Presiden (Cawapres) urut 01, KH Ma’ruf Amin mengibaratkan dirinya dan Joko Widodo (Jokowi) tengah menanam pohon yang buahnya akan dinikmati oleh generasi-generasi di masa akan datang. Untuk itu, Jokowi-Maruf akan membangun ekonomi yang siap tinggal landas di 2024.
“Saya menanam pohon ini adalah untuk generasi yang akan datang. Setuju?,” kata Kiai Ma’ruf yang kemudian dijawab, “Setuju!” oleh para kader Partai Bebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Timur di acara konsolidasi kader yang digelar di Surabaya, Sabtu (29/9) sore.
“Makanya, generasi milenial, yang penting PKB pilih Jokowi-Ma’ruf Amin bukan untuk dinikmati (sukses sebagai pemimpin hanya untuk kepentingan pribadi), kita tidak akan menikmati itu,” sambungnya.
Ma’ruf Amin juga menyebut, banyak yang menilai dirinya cocok berpasangan dengan Jokowi.
“Ada yang bilang, Jokowi-Ma’ruf Amin orang kuat, orang yang mencintai rakyat, dikenal kebaikannya dan dapat dipercaya,” kata Kiai Ma’ruf dalam bahasa Arab yang kemudian diterjemahkannya sendiri.
Menurutnya, Indonesia di masa yang akan datang harus bisa berkembang lebih maju lagi dan lebih sejahtera. “Jangan hanya isro terus. Isro minal isro ilal isro, tapi 2014 kita sudah (harus) miraj,” tegasnya.
Jika menang di Pilpres 2019, dia akan membantu Jokowi untuk mendirikan Indonesia lebih maju, Indonesia lebih sejahtera, dan lebih baik.
“Untuk itu, bersama beliau (Jokowi) saya ingin meletakkan landasan runway, supaya apa, nanti 2024 Indonesia bisa tinggal landas, terutama bidang ekonomi,” paparnya.
Kenapa harus mengutamakan pembangunan ekonomi? Kiai Ma’ruf lantas mengutip kitab Fathul Muin.
“Sebagai santri saya terinspirasi dalam ungkapan kitab Fathul Muin. Di antara fardhu khifayah adalah menghilangkan kelaparan, kekurangan pangan yang belum sampai tingkat bahaya, kalau sudah tinkat bahaya hukumnya bukan fardhu khifayah tapi fardhu ain,” katanya.
“Kurang sandang, kurang lainnya, pelayangan kesehatan, pelayanan pendidikan, dan kesejahteraan-kesejahteraan lain itu, minimal hukumnya fardhu khifayah, bahkan bisa menjadi fardhu ain,” sambungnya.
Kiai Ma’ruf menuturkan negara wajib hadir memperjuangkan nasib rakyat yang lapar, baik itu muslim maupun non-muslim.
“Mestinya kita punya kewajiban menurut Fakhul Muin untuk menghilangkan kemiskinan, kelaparan, kekurangan pelayanan lain, dan hukumnya itu wajib bukan hanya untuk kelompok muslim tapi juga seluruh rakyat dan bangsa Indonesia,” tegasnya.
Maka dari itu, dia dan Jokowi bertekad akan menyelesaikan kemiskinan di Indonesia.
“Supaya harta itu tidak berputar ke orang kaya saja, harus didistribusikan kepada yang miskin-miskin, yang kurang-kurang, oleh karena itu saya mengusung isu namanaya Arus Baru Ekonomi Indonesia,” katanya lagi.
Dilansir dari merdeka.com, menurut Kiai Ma’ruf, arus lama hanya menghasilkan konglomerat, yang dalam teori, Trickle Down Effect adalah teori yang diterapkan orde baru.
“Ternyata tidak netes-netes ke bawah,” tegasnya.
Sehingga, teori Trickle Down Effect hanya menghasilkan yang kuat makin kuat, dan yang lemah makin lemah.
Dengan konsep Arus Baru Ekonomi, Kiai Ma’ruf berharap, disparitas antara yang kuat dan yang lemah bisa dihilangkan di Indonesia dengan mengkolaborasikan yang kuat dengan yang lemah.
“Oleh karena itu kita harapkan melalui Arus Baru Ekonomi Indonesia ini siap kita bangun kekuatan ekeonomi umat,” tandasnya.