Site icon Beritaenam.com

Mike Pompeo Susun Rencana Agar Kasus Jamal Khashoggi Tidak Libatkan Pemimpin Saudi

Mike Pompei dan Raja Salman.

Beritaenam.com – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo dikabarkan tengah membuat sebuah rencana untuk melindungi Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud dan Pangeran Muhammad bin Salman dari skandal pembunuhan Jamal Khashoggi.

Rencana tersebut disampaikan secara pribadi oleh Pompeo selama pertemuan dengan Raja Salman dan putranya, Pangeran Muhammad, bulan lalu di Riyadh.

Informasi ini diungkapkan oleh seorang sumber yang mengetahui pembicaraan antara Pompeo dengan para pemimpin Saudi.

“Rencana itu termasuk pilihan untuk menunjuk orang tak bersalah dari keluarga al-Saud yang akan disalahkan atas pembunuhan Jamal Khashoggi. Hal itu dilakukan untuk mengamankan penguasa Saudi di bagian paling atas,” kata sumber tersebut, dikutip dari Middle East Eye, Rabu (21/11).

“Orang tersebut belum dipilih, tetapi para pemimpin Saudi menjadikan rencana tersebut sebagai cadangan jikalau tekanan pada Pangeran Muhammad semakin banyak. Kami sama sekali tidak terkejut jika hal itu terjadi,” tambahnya.

Klaim tersebut semakin diperkuat oleh kenyataan bahwa Pompeo tidak banyak memberikan informasi kepada awak media usia menemui pemimpin Saudi di Riyadh. Saat itu Pompeo menegaskan tidak ingin membicarakan tentang fakta pembunuhan Khashoggi.

“Saya tidak ingin membicarakan tentang fakta apapun, dan Saudi juga tidak menginginkannya,” ujarnya.

Sementara itu, seorang sumber dari Saudi mengatakan bahwa kunjungan Pompeo ke Riyadh dilakukan untuk memberi nasihat kepada para pemimpin Saudi tentang bagaimana cara menangani kasus kematian Khashoggi.

Namun, Kementerian Luar Negeri AS membantah semua tuduhan itu. Mereka menyebut informasi tersebut menggambarkan kesimpulan yang salah besar tentang kunjungan diplomatik Pompeo ke Saudi.

“Kami berbicara secara terbuka tentang tujuan kami, ialah untuk memberi kesan kepada pemimpin Saudi bahwa pemerintah AS ikut menanggapi kasus pembunuhan Saudi secara serius,” ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri Heather Nauert. 

Exit mobile version