Perjalanan saya dari Purwokerto – Pemalang lewat Purbalingga, melewati pemandangan perbukitan nan eksotik. Melewati Desa Karangreja, kurang lebih 100 meter di pinggir Jalan Bobot Sari, Pemalang, saya ketemu rumah makan Siregol Waterfall. Rumah makan di atas bukit, yang dihiasi air terjun yang mengalir deras di kanan kiri bangunan. Saya tergoda dengan air terjun dimana-mana, melewati perbukitan dan bebatuan. Tampak pekerja sedang memperbaiki atap, dan sepertinya pembanguna rumah makan dan rest area itu sedang bebenah.
Saya sempat keliling seputar area bangunan, air terjun menyebar dimana-mana. Rupanya itu ujung dari Sungai Klawing, yang dibendung sebagian airnya dialirkan ke kanan kiri rumah makan sebagai hiasan dan daya tarik.
Pemilik rumah makan itu, tak lain adalah K.H. Supono Mustajab, biasa di panggilan Pak Pono. Pak Pono adalah pengasuh Pesantren An Nur Mustajab, sekaligus sebagai panti rehabilitasi sosial pencandu narkoba dan gangguan jiwa. Salah satu pasien Pak Pono adalah Sumanto, yang pernah menggegerkan jagad Indonesia karena makan manusia. Sumanto yang pemakan manusia itu, takluk di tangan Pak Pono. Dia rawat, dan diajarin ngaji, sampai saat ini.
Ketika sedang melihat-lihat lokasi, pandangan saya tertuju sosok bersahaja, yang kebetulan ada di rumah makan miliknya. Pak Pono menyambut saya penuh keakraban.
Sambil menunjukkan planning dan disain rest area, dia bercerita banyak hal tentang rumah makan yang sedang dalam proses pembangunan itu. Semua dia tangani sendiri, mulai dari disain sampai pemilihan bahan bangunan. Sebagian besar material interior menggunakan bahan rekondisi, atau bahan bekas.
Dia banyak mengadopsi landscape dan disain dari Negara-negara yang pernah dikunjungi, seperti Jerman, Belanda, Jepang dan Negara-negara lain di Amerika.
Dia bercerita, pernah ditugaskan Presiden RI Jokowi untuk menghadiri pertemuan tingkat dunia tentang penanggulangan narkoba dan penyakit jiwa. “Saya jadi pembicara. Saya cerita pengalaman menyembuhkan orang gila dan pencandu narkoba,” kata Pak Pono.
Dia juga mengobati para pejabat yang stres dan gila, karena gagal mengikuti kontestasi pilkada atau pemilu legislatif. Banyak orang stres setelah gagal jadi pejabat, datang ke Pak Pono sebagai pasien. Di panti rehabilitasi, tercatat 97 pasien penderita gangguan jiwa, serta lebih dari 500 orang yang berobat jalan. Salah satu yang sampai saat ini dia asuh adalah Sumanto. Ketika orang menjauhinya, Pak Pono merangkulnya. Laki-laki yang pernah makan manusia ini, menjadin murid abadi Pak Pono.
Setelah puas lihat-lihat air terjun yang cukup deras dialirkan ke rumah makan, saya mencicipi ikan bakar gurame, sambel trasi, tumis kangkung, petai goreng. Rasanya maknyuss. Dapat kenyangnya, dapat cerita dan pengalaman dari Pak Pono tentang banyak hal. Tiba-tiba Pak Pono berbisik kepada saya, kalau mau bikin rumah atau bangun hotel, silahkan ambil sebagian tanah saya yang di atas bukit itu. Nggak tau kenapa tiba-tiba dia bisikin sesuatu, sementara dia baru kenal saya.
Salah satu murid beliau menginformasikan, kalau tanah yang sekarang dibangun rumah makan itu, luasnya kurang lebih 5 hektar. setahun lalu dibeli dari seorang petani seharga Rp. 200 jutaan. Belum lama ada pengusaha jakarta ingin membeli lahan itu Rp. 50 miliar, tapi Pak Pono nggak ngasih. Kalau sesuatu sudah ditawarkan, apalagi dengan Cuma-cuma, berarti ada sesuatu di balik semua itu. Pak Pono, sikenal sebagai kyai yang memiliki kekuatan spiritual dan mampu membaca mata bathin. Sepertinya ada getaran batin, dan kesamaan energi, kata murid Pak Pono.
Saya hanya menyimak, saya nggak mau berprasangka. Apapun yang disampaikan ke saya, saya hanya menyimak, dan saya lebih takjub dengan sejuta cerita kegigihan beliau ngurusin “orang-orang buangan”, orang-orang gila dan pencandu narkoba. (Agi Sugiyanto dari Pemalang, Jawa Tengah).