beritaenam.com, Jakarta – Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Moeldoko menilai tim Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, tidak cerdas dalam memahami pernyataan yang disampaikan capres Joko Widodo dalam debat kedua Pilpres 2019.
Ia menjelaskan, saat Jokowi menyampaikan konteks reforma agraria, maka hal itu ada dua yaitu perhutanan sosial dan redistribusi aset.
Di mana arti perhutanan sosial adalah memberikan kepastian hukum kepada para penggarap di sekitar hutan milik negara, agar dapat mengelolanya selama 35 tahun tapi tidak bisa disertifikasi.
Sementara redistribusi tanah, kata Moeldoko, Pemerintah sekarang sedang mengambil Hak Guna Usaha (HGU) yang tidak produktif atau idol dan nantinya diberikan kepada masyarakat kecil dengan luas sekitar 1 hektare atau 2 hektare.
“Sekarang sudah ada 37 ribu bidang, nah Pak Jokowi kan mengatakan, saya ingin membagikan kepada masyarakat kecil, saya tidak ingin membagikan yang besar-besar. Sebagai contoh seperti yang Prabowo miliki, itu konteksnya, itu dalam konteks memberikan contoh,” papar Moeldoko di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (19/2/2019).
Dengan memberikan contoh tersebut, Moeldoko memastikan pernyataan Jokowi soal tanah yang dimiliki Prabowo, bukan bentuk serangan personal dan tidak bermaksud menyerang ke capres nomor urut 02.
“Menurut saya, mereka enggak cerdas juga nih, mereka ini, timnya itu,” ucap Moeldoko.
Gagal pahamnya tim Prabowo-Sandi, kata Moeldoko, buka hal soal reforma agraria, tetapi juga terlihat saat memahami ucapan Jokowi soal tidak kebakaran hutan dalam tiga tahun terakhir sejak 2016 sampai 2018.
Tidak ada itu, dinilai Moeldoko, maksudnya pemerintahan sekarang tidak mendapatkan komplain dari luar negeri dan masyarakat di Riau tidak memakai masker karena asap.
“Tapi dari pihak mereka, tahun 2015 buktinya telah terjadi asap, kan mis (tidak nyambung) lagi. Contoh lagi, Pak Jokowi mengatakan tidak ada konflik selama pembebasan lahan untuk infrastruktur. Tembak lagi di sana, ada konflik ini 550 konflik, tetapi konflik itu adalah konflik reforma agraria, tidak cerdas rupanya di dalam melihat situasi yang sesungguhnya,” ujar Moeldoko.