beritaenam.com, Jakarta – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA memprediksi pasangan calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin bakal menang telak dalam Pilpres 2019 ini. Bahkan, perolehan suara Jokowi-Ma’ruf dalam Pilpres kali ini berpotensi memecahkan rekor Susilo Baambang Yudhoyono-Boediono pada Pilpres 2019.
Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa, mengatakan hasil survei terakhir lembaganya mencatat jika elektabilitas Jokowi-Ma’ruf berada dalam rentang 55,9-65,8 persen.
Batas atas elektabilitas Jokowi-Ma’ruf itu lebih tinggi dari perolehan SBY-Boediono pada 2019 yang mengumpulkan 60,8 persen.
“Jokowi-Ma’ruf punya potensi memecahkan dukungan tertinggi dalam Pemilu Presiden langsung yang kini masih dipegang oleh SBY pada 2009, yakni 60,8 persen,” kata Ardian di Jakarta, Jumat, 12 April 2019.
Sementara itu, dari hasil sigi LSI Denny JA, elektabilitas paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno hanya berada di rentang 34,2 hingga 44,1 persen.
Dengan Pemilu tinggal menghitung hari, elektabilitas Prabowo-Sandi diyakini tetap tidak akan mampu menyalip Jokowi-Ma’ruf.
Dalam hasil sigi LSI Denny JA, ada tiga kantong pemilih yang paling menentukan kemenangan Jokowi-Ma’ruf. Pertama yakni pemilih minoritas dengan rentang 86,3-93,5 persen.
Kemudian, kantong suara Jokowi-Ma’ruf juga berada di pemilih wong cilik. Dari hasil sigi, LSI mencatat jika elektabilitas Jokowi-Ma’ruf di kalangan ini mencapai 60,9 hingga 70,8 persen.
Terakhir, yang diprediksi akan menjadi kantong suara Jokowi-Ma’ruf yakni kantong besar muslim dari komunitas Nahdlatul Ulama (NU). Elektabilitas petahana di kantong suara ini mencapai 60,4 persen hingga 70,3 persen.
Survei LSI ini dilakukan pada 4-9 April 2019 menggunakan metode multistage random sampling dengan jumlah responden 2.000 orang. Survei dilakukan lewat wawancara tatap muka menggunakan kuesioner dengan margin of error mencapai 2,2 persen.
Tidak hanya itu, LSI juga melengkasi survei ini dengan riset kualitatif lewat (focus group discussion) FGD, analisis media, dan wawancara mendalam. Ini dilakukan lantaran, pertama kalinya Jokowi-Ma’ruf juga unggul tipis di kalangan terpelajar.
Kemudian, citra temperamental Prabowo semakin sering terlihat dan kemenangan Jokowi dalam debat. Selain itu, riset kualitatif juga dilakukan lantaran sempat ada kekhawatiran akan eksklusivisme seperti yang dikritik oleh SBY.