• Home
No Result
View All Result
  • Login
Beritaenam.com
ADVERTISEMENT
  • Redaksi
  • Hotline
  • Pedoman Media Siber
  • Kawula Muda
  • Catatan Agi
  • Viral
  • Seks
  • News
Beritaenam.com

Persatuan Dukun Nusantara Mendapat Ragam Respon

redaksi by redaksi
01/03/2021
in News

Berita yang dimuat kantor berita VOA demikian menggelitik. Sejumlah pelaku ilmu supranatural di Banyuwangi, Jawa Timur berkumpul, dan berencana mendirikan sebuah organisasi payung yang disebut sebagai Persatuan Dukun Nusantara atau Perdunu.

Organisasi tersebut, menurut Ketua Umum Perdunu, Abdul Fatah Hasan, ditujukan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat dan perberdayaan untuk pelaku supranatural. Misalnya, jangan sampai ada tipu-tipu dalam praktiknya.

“Kasus-kasus yang terjadi banyak sekali, terkait dengan aktivitas dukun dan perdukunan, yang berpotensi terjadi penipuan. Di media sosial itu banyak juga yang promosi menyediakan jasa supranatural dan sejenisnya. Ini kan potensi adanya penipuan,” kata Gus Fatah, panggilan akrabnya.

Gus Fatah mengaku pilihan pemilihan istilah dukun sudah dilakukan dengan cermat. Dalam budaya tradisional Indonesia, dukun adalah profesi yang akrab bagi masyarakat. Ada dukun bayi, dukun pijat dan sejenisnya, yang memberi bantuan logis dan tidak logis, kata Gus Fatah.

Sayangnya, istilah itu kemudian memiliki makna negatif, padahal kegiatan yang dilakukan banyak yang positif.

“Kita mencoba membuat organisasi yang modern. Bagaimana bisa berkontribusi, karena memang masalah-masalah yang terjadi di masyarakat ini tidak semua bisa diselesaikan “secara logis”. Menghadapi problematika itu, Perdunu memang harus hadir,” tambah Gus Fatah meyakinkan.

Para dukun Tengger duduk saat Festival Kasada di Gunung Bromo di Probolinggo, Jawa Timur, 1 Agustus 2015. (Foto: REUTERS/Beawiharta)
Para dukun Tengger duduk saat Festival Kasada di Gunung Bromo di Probolinggo, Jawa Timur, 1 Agustus 2015. (Foto: REUTERS/Beawiharta)

Kontak sudah dijalin dengan banyak pelaku supranatural khususnya di Jawa. Sebuah perjalanan spiritual dari Jawa Timur hingga ke ujung barat Jawa, bahkan sudah dirancang untuk bertemu tokoh-tokoh lokal dalam bidang ini.

Gus Fatah meyakini ini adalah saat yang tepat bagi pelaku spiritual yang sering disebut dukun ini, untu berorganisasi secara modern.

Gebrakan di Banyuwangi tak kalah mengagetkan. Mereka berencana menggelar Festival Santet, yang segera mengundang kontroversi.

Perdunu berencana mencari nama lain untuk festival ini, yang sebenarnya merupakan kegiatan tahunan setiap bulan Suro sesuai kalender Jawa.

Santet, tutur Gus Fatah, sebenarnya bukanlah hal mengerikan di Banyuwangi. Barangkali, masyarakat membayangkan hal-hal buruk, seperti yang mereka tonton di film. Perdunu bertekad memperbaiki cara pandang yang keliru mengenai santet Banyuwangi itu.

Gus Fatah adalah pengasuh Pondok Pesantren al-Huda, Blimbingsari, yang juga anggota Lembaga Bahtsul Masa’il ,Pengurus Cabang (PC) Nahdlatul Ulama (NU) Banyuwangi. Supranatural, ujarnya, diajarkan di pondok-pondok di masa lalu, dan kitabnya masih tersimpan disana.

Perdunu berniat mengembalikan kajian bidang ilmu ini, dengan kurikulum yang lebih baik.

Pemaknaan Santet Berbeda

Sebuah diskusi terkait santet diselenggarakan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada.

Berbicara dalam acara ini, akademisi sekaligus peneliti dari FIB Universitas Jember, Heru SP Saputra. Ia memahami seluk beluk santet, khususnya mantra di dalam kebudayaan masyarakat adat Osing di Banyuwangi, karena pernah melakukan penelitian untuk studi doktoralnya.

Di awal paparan, Heru menegaskan diskusi terkait santet digelar para akademisi, tidak terkait pendirian Perdunu. Dia juga menegaskan, sudut pandang yang benar harus digunakan jika berbicara tekait santet di Banyuwangi.

Akademisi FIB Universitas Jember, Heru SP Saputra. (Foto: VOA/Nurhadi)
Akademisi FIB Universitas Jember, Heru SP Saputra. (Foto: VOA/Nurhadi)

“Santet ini sebenarnya istilah yang masih debatable, dalam arti kita arus memahami santet Osing ini dalam konteks orang Osing. Karena kalau kita memahami dalam konteks diluar orang Osing, maknanya jadi berbeda,” kata Heru.

Perbedaan konteks ini pula, barangkali yang membuat Festival Santet yang akan digelar Perdunu menjadi kontroversi. Padahal bagi masyarakat Osing dan Banyuwangi secara umum, itu adalah hal yang biasa.

Santet, kata Heru, sering dipahami sebagai tindakan untuk menyakiti, padahal sebenarnya tidak. Konteks santet dalam budaya Osing adalah pengasihan atau cinta kasih.

Berdasar penelitiannya, Heru memaparkan alam budaya masyarakat Banyuwangi, ilmu-ilmu dibedakan menjadi empat, yaitu hitam, merah, kuning dan putih. Ilmu hitam tentu istilah yang akrab di dengar. Santet berada dalam kelompok ilmu merah dan kuning.

“Dalam konteks masyarakat Banyuwangi, kita tidak boleh menilai ini selalu jelek. Ada satu perspektif yang dalam konteks masyarakat lokal, ini untuk sarana membangun kelurrga. Misalnya jika laki-laki atau perempuan tidaka laku-laku,” kata Heru.

Kesulitan menemukan jodoh itulah yang kemudian jalan keluarnya, antara lain diupayakan melalui santet ini. Mantera memiliki peran besar dalam santet, karena menjadi kata-kata kuat yang memberikan sugesti.

Dalam kebudayaan India dan juga Bali, mantera juga dikenal karena kemampuannya dalam memberikan sugesti kepada seseorang. Mantera ini pulalah yang masuk dalam tradisi lisan di banyak suku di Indonesia.

Menurut Heru, mantera membangun sugesti yang dibangun dari teks.

Ketika agama Islam masuk ke Banyuwangi, santet dan mantera bergumul dan saling terikat karena masyarakat Osing memasukkan pengaruh Islam di dalamnya.

Karena itulah, dalam praktik santet saat ini, mantera yang digunakan banyak menggunakan kata-kata yang ditemukan dalam khazanah agama.

“Jauh sebelum Islama masuk Banyuwagi, sudah marak mantera. Ketika datang Islam, dianggap tidak bertentangan. Tradisi Islam dengan doa-doa itu disatukan oleh orang Osing, sehingga datangnya Islam dimanfaatkan untuk memperkuat mantera Osing,” tambah Heru.

Seorang dukun meletakkan sesaji saat festival Cap Go Meh di Jakarta pada 6 Februari 2012. Cap Go Meh merupakan penutup acara perayaan Imlek. (Foto: AFP/Adek Berry)
Seorang dukun meletakkan sesaji saat festival Cap Go Meh di Jakarta pada 6 Februari 2012. Cap Go Meh merupakan penutup acara perayaan Imlek. (Foto: AFP/Adek Berry)

Magis, Sains dan Agama

Antropolog Universitas Gadjah Mada, Prof Heddy Shri Ahimsa Putra menyebut, penelitian Heru Saputra membawa pemahaman baru.

Ada perbedaan pemaknaan mengenai santet, yang di Banyuwangi tidak negatif dan menjadi persoalan sangat biasa dalam kehidupan sehari-hari.

“Kita punya pola pengetahuan yang baru, sains dari Barat kadang-kadang melihat fenomena begini seperti takhayul, tetapi ternyata kita tidak bisa mengatakan ini takhayul. Kalau dalam istilah antropologi, ini etno sains. Ini etno sains-ya orang Banyuwangi,” ujar Heddy.

Antropolog UGM, Prof Heddy Shri Ahimsa Putra. (Foto: Courtesy/FIB UGM)
Antropolog UGM, Prof Heddy Shri Ahimsa Putra. (Foto: Courtesy/FIB UGM)

Ada kerangka berpikir magis, ilmu pengetahuan, dan keagamaan yang harus dipahami. Pola pikir, lanjut Heddy, mempengaruhi perilaku tanpa disadari. Jika kita memahami pola pikir ini, ujarnya lagi, kita akan bisa memahami pandangan masyarakat itu dan pola perilakunya.

“Saya kira, ini hal yang sangat penting. Orang kemudian sadar bahwa santet itu maknanya bisa berbeda di satu daerah dengan daerah yang lain. Dan saya kira, itu menunjukkan bagaimana variasi budaya kita,” papar Heddy.

Soal santet di Banyuwangi ini, tambah Heddy, tidak bisa dilepaskan dari buku Bronislaw Malinowski, berjudul “Magic, Science and Religion.” Begitu juga pemikiran dari Émile Durkheim dalam bahasan yang sama, terkait bagaimana posisi dunia magis, agama dan upaya manusia membangun ilmu pengetahuan.

Indonesia, kata Heddy, sangat kaya dengan tradisi semacam ini, khususnya penggunaan mantera dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, akan sangat menarik jika ada studi komparasi, terutama dari kawasan-kasawan yang memiliki potensi besar terkait keilmuan semacam ini, seperti Banyuwangi sendiri, suku Dayak di Kalimantan dan juga Banten.

“Saya pernah membimbing disertasi mengenai mantera di suku Bajo. Orang Bajo ini manteranya juga banyak sekali, dan itu untuk hidup sehari-hari, untuk mencari ikan, untuk mendapatkan rejeki. Saya kira, dalam kehidupan masyarakat kita di Indonesia, ini hal-hal yang sangat biasa, namun sekaligus menarik,” tambah Heddy.

 

Previous Post

Viral Komite Etika Berinternet dan Netizen Tidak Beradab

Next Post

Sepeda Dikenakan PPH?

Related Posts

News

Diet Benar Jaga Imunitas Tubuh Di Masa Pandemi

12/04/2021
165
News

Ragam Susu Nabati & Manfaatnya

11/04/2021
152
News

Video Lokasi Terdampak Di Kelurahan Babau Teklale

10/04/2021
131
News

BULOG Raih Indonesia Digital PR Award 2021

08/04/2021
114
News

Kolesterol Bersahabat Dengan Kena Sakit Jantung

08/04/2021
162
News

ASN Tak Boleh Mudik  6-17 Mei 2021

08/04/2021
117

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

RECOMMENDED NEWS

Ratna Sarumpaet.

Ratna Sarumpaet Hadapi Sidang Putusan Sela Kasus Hoax Penganiayaan

2 tahun ago
117

Masih Percaya Silaturahmi Mendatangkan Rejeki

11 bulan ago
149
Gunung Sinabung erupsi.

Pagi Ini Gunung Sinabung Erupsi

2 tahun ago
110
Rizal Ramli.

Rizal Ramli Puji Langkah Jokowi Tunda Naikkan Harga Premium

3 tahun ago
126

Baca Berita plus Musik — Klik (Segitiga di Biru bulat)

No Result
View All Result

RSS Pimpinan Media News

  • Masyarakat Lawe Harum Resah, Akibat Illegal Logging Membabi Buta
    SatuAcehNews – Aceh Tenggara | Masyarakat Lawe Harum meminta Kapolres Aceh Tenggara untuk menghentikan penebangan pohon di hutan Lawe Harum, Senin, (12/04/2021).
    PM Syndicate
  • Di Kabupaten Lumajang 5 Meninggal Dunia Akibat Gempa Malang Termasuk pasutri, Ini Penyebabnya
    HALLO – Tidak hanya Kabupaten Malang saja yang terkena dampak gempa yang berpusat di Kabupaten Malang dengan magnitudo 6,7 yang dimutakhirkan menjadi 6,1,
    PM Syndicate
  • Astra Credit Companies Perkuat Brand lewat Digitalisasi
    Redaksi Pandemi Bukanlah Halangan Bagi Brand untuk Terus Berinovasi Belajar dari pengalaman di sepanjang tahun 2020 yang mendorong setiap individu dan perusahaan
    PM Syndicate
  • Kiprah H Makhrus, Kepala MTsN 6 Jakarta, Bangun GOR dan Masjid Megah Demi Prestasi Siswa 
    Kiprah H Makhrus, Kepala MTsN 6 Jakarta, Bangun GOR dan Masjid Megah Demi Prestasi Siswa  AKURAT News Jakarta, Akuratnews.com – Sosok Kepala
    PM Syndicate
  • BNI dan BNI Life Resmikan Telesales Center Palma Jakarta
    Redaksi Jakarta, Bumntrack.co.id – Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada nasabah, PT BNI Life Insurance (BNI Life) mengadakan acara peresmian Telesales Center Palma
    PM Syndicate

Beritaenam.com berisi orang-orang profesional. Sudah lulus Uji Kompetensi Dewan Pers. Berintegritas dan berpengalaman di dunia jurnalistik.

© Copywright AGI Network -- PT. Dua Tujuh Delapan Ruko Cibubur Point, Automotive Center Blok B9 Jl. Alternatif Cibubur, Kel. Harjamukti, Kec. Cimanggis, Kota Depok. Kode Pos: 16954 == #Media independen, tidak memihak dalam pemberitaan, bebas dan tidak terikat dari kepentingan politik dan kelompok tertentu.

No Result
View All Result
  • Home

© Copywright AGI Network -- PT. Dua Tujuh Delapan Ruko Cibubur Point, Automotive Center Blok B9 Jl. Alternatif Cibubur, Kel. Harjamukti, Kec. Cimanggis, Kota Depok. Kode Pos: 16954 == #Media independen, tidak memihak dalam pemberitaan, bebas dan tidak terikat dari kepentingan politik dan kelompok tertentu.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Translate »