Beritaenam.com – Saya bukan seorang penikmat sastra. Tapi pada era 80an saya pernah membaca dan menikmati karya karya sastra. Saya mengagumi karya Danarto, diantaranya. Klas 1 SMA saya ketagihan baca karya-karyanya. Banyak tulisan esai maupun cerpen yang saya kliping, dan saya dokumentasi dengan sangat rapi.
Waktu itu, saya banyak membaca cerpen Danarto dan benerapa karya sastra yang lainnya karena saya sering nongkrong di perpustakaan. Atau mendapatkan tulisan dari koran-koran bekas dan saya kliping.
Beberapa buku karya Danarto juga sempat saya koleksi. Diantaranya buku kumpulan cerpen Goldob dan buku Orang Jawa Naik Haji, buku yang menceritakan perjalanan dia ke tanah suci menjalankan Ibadah Haji.
Karya Danarto menurut saya abstrak, yang menuntun saya berimajinasi bebas ke alam mimpi. Maklum, waktu itu saya masih dihinggapin banyak mimpi, impian-impian hidup yang belum jelas ujung pangkalnya.
Ketika lulus SMA, dan melakukan pengembaraan dan ngejalanin “sekolah kehidupan”, saya terputus dari karya-karya Danarto. Baru setelah menjadi wartawan, saya kembali berkenalan dengan Danarto.
Saya sering liputan di Taman Ismail Marzuki (TIM), dan saya sering mewawancarainya sambil nongkrong di kawanan TIM.
Ketika saya liputan dan nulis tentang dia, saya kembali membaca karya-karyanya. Terasa berbeda interpretasi, dan menurut saya karya Danarto memiliki imajinasi dan tarikan magic yang sangat kuat mengikuti jamannya. Kalau saya mendapatkan tarikan kuat di era 80an.
Cerpen-cerpennya abstrak, dan membangun imajinasi setiap pembacanya dengan intepretasi yang beda-beda. Bahkan ketika saya membaca ulang karyanya, saya menemukan penafsiran yang beda menurut eranya.
Sampai pada suatu era tertentu, saya sudah tidak pernah bersinggungan dengan karya-karya Danarto. Karena kesibukan, saya tercerabut dari karya-karya beliau. Bahkan buku-buku dan catatan kecilnya, sudah hilang, entah kemana.
Kemarin saya mendapat kabar duka, beliau meninggal karena kecelakaan. Saya sedih. Dunia sastra kehilangan sosok sastrawan imajinatif.
Sontak saya memikirkan buku-buku cerpen dan klipingan saya yang sudah hilang tak berbekas. Saya kangen “Goldob”. Dan saya kok pingin ke perpustakaan, ke toko buku. Mencari goldob. Selamat jalan mas Danarto. Dari lubuk hati saya paling dalam saya turut berduka cita, semoga alm husnul khotimah. Doa saya menyertai sampean. Al Fatihah…