Site icon Beritaenam.com

Saya Pernah Terkepung Asap

Beritaenam.com — Cerita mengenai insiden kebakaran, saya punya pengalaman ditahun 2008 saat bantu kemenhub dalam proses pembuatan data log traffic router pelayaran di Gedung Dirjen Hubla.

Saya pernah terkepung asap, di lantai 8 Jl Medan Merdeka Barat pukul 20.30 WIB.

Korsleting listrik itu, penyebabnya,akibat trafo meledak tepat di ruangan saya bekerja bersama team kerja.

Ledakan trafo dan listrik berkekuatan besar gedung yang korslet, seketika membakar cepat kabel dan plafon ruangan, hingga gorden gedung yang menyebabkan bau sengit menyengat.

Akibat kabel terbakar dan jarak pandang tak lebih hanya sekitar 15 cm. Akibat kejadian itu, seketika asap begitu cepat mengepul mememenuhi seluruh penjuru ruang.

Namun, insiden kebakaran itu tak begitu lama terjadi.

Hanya saja, akibat insiden tersebut seluruh pakaian basah kuyup serta alat, dan paper kerja basah, akibat otomatic sprinkler bekerja menyemburkan air deras ditambah alarm gedung bising berbuny.

Kala itu, asap membumbung memenuhi ruangan.

Semua SOP (standard operasional prosedur) keselamatan gedung berfungsi baik, hingga insiden hanya berlangsung tak lebih dari 15 menit, yang kemudian sekuriti gedung bersama Damkar dan TNI Polri datang mengevakuasi.

Jarak pandang terbatas, ditambah begitu sangitnya bau kabel terbakar, membuat orang didalam ruangan cepat lemas menghirup udara dan asap.

Team evakuasi memberikan tabung dan masker pernafasan, dan kami di selamatkan lewat pintu / tangga darurat.

Kejagung Gedung Lama

Kapuspenkum sudah meluruskan, bahwa Kejagung gedung lama dibangun sejak awal kemerdekaan. Yang bangun kontraktornya Belanda, dibantu insiyur lokal (M. Susilo) kakek dari musisi Adhi MS, perancang/arsitek Kota Baru Kebayoran Baru tahun 1949.

Selain gedung bundar yang dimiliki Kejagung, beberapa bagian di seputar Kejagung tentu sudah mengalami beberapa kali renovasi sejak awal dibangun. Apalagi gedung Kejagung saat ini sudah menggunakan alat-alat berteknologi untuk pintu antar ruangan dengan sistim finger print, dan lift sebagai alat bantu menuju bangunan tingkat diatasnya.

Gedung Kejagung yang memiliki struktur bangunan di atas lima tingkat secara tampilan eksterior dan struktur bisa saja dibilang gedung lama.

Namun, kondisi interior dan fasilitas gedung juga pastinya mengalami renovasi dimana era awal dibangun lift dan finger print lock doors tidak tercipta.

Bisa jadi springkler,hidrant matic, dan berbagai safety building sudah di lakukan hanya maintenance-nya yg tidak kita ketahui secara detail.

Apakah sistem keselamatan gedungnya tak termaintenance dengan baik ?

Tentu ini jadi pertanyaan besar bagi pembangun gedung dan pengelolanya.

Minimal sprinkler dalam hitungan menit, akan bekerja, menyemprotkan air dan meminimalisasi kebakaran hebat, sebelum damkar tiba.

Gedung instansi yang sangat vital, biasanya pun selalu standby satu unit mobil damkar untuk mengantisipasi terjadi kebakaran luas, apalagi gedung itu amat sangat penting menyimpan dokumen rahasia negara dan permasalahannya.

Beberapa bulan lalu insiden kebakaran inipun terjadi di komplek gedung MPR/DPR.

Namun, sistem keamanan gedung bekerja baik hingga kebakaran besar pun tidak terjadi.

Insiden Gedung Kejagung, Menjadi Sebuah Catatan Penting

Dimana negara sudah seharusnya wajib memperhatikan aset asetnya, apalagi terkait permasalahan yang di awal harusnya sudah punya antisipasi penanganan khusus dalam maintenance dan keselamatan pengguna gedung.

Tujuannya sudah barang tentu, agar persoalan krusial negara yang harus di sikapi oleh lembaga dan instansi vital tidak terganggu kinerja kerjanya.

Insiden kebakaran kapan dan dimanapun bisa saja terjadi dan sangat merugikan negara.

Itu sebab pola maintenance gedung harus benar benar diperhatikan, terutama SOP pembangunan gedung benar benar harus double rechecking, apakah gedung yang dibangun sesuai bistek / BQ yang memenuhi standard.

 

Exit mobile version