Site icon Beritaenam.com

Selalu Di Hati dan Dirindu ….

Sabtu pagi (8/2) saya hadir dalam peringatan hari pers nasional di kantor sekretaris daerah banjar baru, Propinsi Kalimantan Selatan.

Hadir tokoh-tokoh pers, menteri Kabinet Indonesia Maju, para kepala daerah seluruh Indobesia. Tentu saja presiden Joko Widodo.

Suasana pagi yang cerah, berkumpul dengan insan pers seluruh indonesia, mengingatkan saat saya masih aktif di lapangan sebagai journalis, 20 tahun yang lalu.

Saya selalu berada di garda depan, menenteng kamera, sambil mencatat setiap event atau kegiatan seperti acara pagi ini.

Saat-saat dimana saya selalu mencatat peristiwa apa yang terjadi, dan memberitakannya ke publik.

Rasanya, saya gatal untuk meliput dan mewartakan. Jiwa saya memang jiwa jurnalis, meskipun sekarang saya berada di wilayah yg berbeda, yaitu sebagai enterpreneur.

Tapi percayalah, spirit dan jiwa saya masih tetap bersama rekan dan sahabat yang sampai sekarang masih tetap setia dengan profesinya.

Ada sejumlah hal saya catat dari pernyataan Jokowi pagi itu.

Pertama, dia mengingatkan pentingnya pers sebagai penjaga pilar demokrasi. Dia juga mengingatkan bahwa dalam situasi pemberitaan soal virus corona yang mewabah di dunia.

Insan pers diperlukan untuk memberitakan yang benar. Yang membuat ketenangan, bukan malah bikin masyarakat panik.

Masyarakat yang sehat, adalah masyarakat yang mendapatkan informasi yang sehat pula.

Jokowi selalu hadir dalan setiap peringatan HPN. Sekali-sekalinya dia tidak hadir, lima tahun lalu di Batam, setelah dilantik sebagai presiden RI. Ketidakhadirannya waktu itu karena alasan kesibukan.

Kali ini pun, dia menyempatkan hadir, meskipun sebenarnya jadwal dia adalah kunjungan kenegaraan ke Australia.

Dia belokkan jadwal penerbangan ke Canbera, untuk mampir sejenak ke Banjarmasin menemui para insan pers. “Saya kapok,” katanya.

Lima tahun lalu, dalam peringatan HPN di Batam, kepulauan riau, dia nggak bisa datang. Sekalinya nggak datang, disindir oleh ketua panitia waktu itu, Margiono, di acara HPN tahun tahun berikutnya.

Kapok bukan karena sindiran mantan ketua PWI pusat waktu itu. Tapi karena, menurutnya, insan pers adalah sahabat sehari hari, yang selalu mengikuti setiap kegiatan, yang sering menghadang dan mengajukan pertanyaan dadakan.

Presiden mengaku, jurnalislah yang sering bikin gugup dan gagap, karena tidak siap ditanya sesuatu.

Menarik pernyataan di akhir pidatonya, bahwa hubungan dirinya dengan insan pers, bulan seperti istilah benci tapi rindu. Tapi selalu di hati dan di rindu. Wuih!

#catatanagi

Exit mobile version