beritaenam.com, Jakarta – Setelah erupsi, sebagian pucuk Gunung Anak Krakatau menghilang. Namun, kemudian muncul bagian baru di Gunung Anak Krakatau.
“Gunung api fase konstruksi. Gunung api muda yang masih sedang tumbuh dan berkembang,” ucap peneliti gunung api dari Badan Geologi, Mamay Surmayadi, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (13/1/2019).
Dia menjelaskan ada beberapa perubahan pascaerupsi 26 Desember 2018 lalu. Hal ini merupakan sifat dari Gunung Anak Krakatau yang sedang tumbuh pascaletusan dahsyat Gunung Krakatau pada 27 Agustus 1883 lalu.
Sebelum erupsi, gunung masih berbentuk kerucut dan belum memiliki kawah seperti kondisi terkini. Setelah itu, terjadi letusan lateral atau letusan menyamping pada tanggal 26 Desember 2018.
“Terbentuklah kawah dengan bentuk tapal kuda yang terbuka ke arah barat. Pusat letusan berada di bawah permukaan laut,” ucap Mamay.
Kemudian terpantau tumbuh kerucut baru pada tanggal 8 Januari 2019.Kerucut baru di dalam kawah tapal kuda itu memiliki luas 18 hektare, dengan diameter kerucut 450 meter.
Dari kerucut yang baru tumbuh itu, muncul kawah baru dengan diameter kawah seluas 400 meter dengan luas kawah 12 hektare.
“Sekarang, aktivitas Gunung Anak Krakatau ada di kawah tersebut,” ucap Mamay.
Saat dilihat dengan menggunakan helikopter pada Minggu siang tadi, keluar asap dari atas kawah baru tersebut. Namun sudah tiga hari tidak ada aktivitas letusan di Gunung Anak Krakatau.
“Sejak tanggal 10 (Januari 2019), sampai tadi pagi pukul 06.00 WIB, tidak ada letusan,” ucap Mamay.
Meski begitu, tidak membuat status Gunung Anak Krakatau diturunkan dari level Siaga. Hal ini karena masih ada gempa di kawasan Gunung Anak Krakatau.
“Tetap siaga, karena berhenti Gunung Anak Krakatau masih dalam tahap fluktuatif. Mungkin besok masih meletus lagi karena kegempaan masih ada,” ucap Mamay.