Site icon Beritaenam.com

Vaksin Johnson & Johnson

 

Perusahaan farmasi raksasa, Johnson & Johnson mengumumkan sejumlah vaksin COVID-19 buatannya tidak lolos uji standar kualitas dan tidak bisa dipakai.

Kantor berita Associated Press melaporkan, perusahaan itu tidak mengungkapkan berapa banyak dosis yang terbuang dan tidak jelas bagaimana masalah itu akan mempengaruhi pengiriman vaksin ke depan.

Johnson & Johnson mengatakan komponen vaksin yang diproduksi oleh Emergent BioSolutions tidak memenuhi standar kualitas. Emergent BioSolutions adalah satu dari sepuluh perusahaan yang digunakan Johnson & Johnson untuk mempercepat produksi vaksin yang baru-baru ini mendapat persetujuan.

Johnson & Johnson mengatakan bahwa pabrik Emergent BioSolutions yang terlibat dalam produksi belum mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA) untuk membuat bagian dari vaksin tersebut. Emergent menolak berkomentar.

Johnson & Johnson telah menjanjikan 20 juta dosis vaksin kepada pemerintah AS pada akhir Maret dan 80 juta dosis sisanya pada akhir Mei.

Dalam pernyataannya tentang masalah manufaktur, perusahaan itu mengatakan bahwa pihaknya masih berencana untuk mengirimkan 100 juta dosis pada akhir Juni dan “menargetkan untuk mengirimkan dosis ini pada akhir Mei.”

 

Seorang pekerja Kesehatan menyiapkan vaksin COVID-19 buatan Johnson & Johnson untuk vaksinasi kepada warga di Baldwin Hills Crenshaw Plaza di Los Angeles, California, 11 Maret 2021.

Presiden Joe Biden berjanji akan menyediakan vaksin dalam jumlah yang cukup kepada semua orang dewasa Amerika pada akhir Mei.

Pemerintah AS telah memesan vaksin dua-dosis dari dari Pfizer dan Moderna untuk memvaksinasi 200 juta orang.

Vaksin-vaksin itu akan siap pada akhir Mei, ditambah 100 juta dosis dari Johnson & Johnson.

Seorang pejabat federal mengatakan seperti dikutip Associated Press, bahwa pemerintah bisa memenuhi target vaksinasi tanpa vaksin tambahan dari Johnson & Johnson.

Seorang juru bicara Johnson & Johnson mengatakan Rabu (31/3) pagi bahwa perusahaan sudah mencapai target pengiriman pada akhir Maret.

Akan tetapi “jubir” Johnson & Johnson itu tidak menanggapi pertanyaan tentang apakah pabrik Emergent di Baltimore, yang dikenal sebagai Bayview, telah mendapat izin dari FDA.

Emergent adalah perusahaan farmasi yang kurang terkenal yang mendapat peran besar dalam tanggap pandemi COVID-19 oleh pemerintah federal.

Menurut sejumlah catatan yang diperoleh Associated Press, FDA sudah sering menyebut Emergent karena sejumlah masalah, mulai dari para karyawan yang tidak terlatih hingga ampul-ampul yang retak dan salah satu fasilitasnya yang berjamur.

Johnson & Johnson mengatakan akan menempatkan lebih banyak pakar di di pabrik Emergent untuk mengawasi produksi vaksin COVID-19.

Langkah tersebut bertujuan untuk memungkinkan pengiriman 24 juta dosis vaksin lagi sepanjang April.

Vaksin Johnson & Johnson dianggap penting untuk kampanye vaksinasi di seluruh dunia karena hanya membutuhkan satu kali suntikan, serta dapat dikirim dan disimpan pada suhu lemari es standar.

Hal ini berbeda dengan ampul-ampul vaksin lainnya yang harus dibekukan. Perusahaan juga berjanji untuk menjual vaksin tanpa mencari keuntungan selama masa darurat pandemi.

Masalah kumpulan vaksin pertama kali dilaporkan oleh harian The New York Times. FDA mengatakan telah mengetahui situasinya, tetapi menolak berkomentar lebih lanjut.

Exit mobile version