beritaenam.com, Jakarta – Dubes Rusia untuk Indonesia membantah istilah ‘propaganda Rusia’ dan artikel yang ada di Rand Corporation ia pastikan hoax. Waketum PAN Bara Hasibuan menyebut propaganda Rusia benar-benar terjadi.
“Propaganda Rusia nyata! Propaganda Rusia bukanlah sebuah teori atau spekulasi, tapi benar-benar terjadi. Dubes Rusia memang harus mengeluarkan bantahan karena itulah posisi resmi pemerintah Rusia,” kata Bara kepada wartawan, Kamis (14/2/2019).
Alasannya, kata Bara, propaganda ala Rusia itu terjadi pada Pilpres Amerika Serikat pada 2016 saat Donald Trump berhadapan dengan Hillary Clinton. Menurut dia, hal itu telah diakui sejumlah lembaga dan pejabat publik AS.
“Kenyataannya, propaganda Rusia atau yang sering disebut sebagai intervensi Rusia memang benar-benar terjadi selama proses pemilihan Presiden Amerika Serikat 2016. Dan ini adalah konsensus di antara komunitas resmi intelijen AS, termasuk CIA, The National Intelligence (badan koordinator intelijen AS), The National Security Agency (semacam BIN-nya AS), dan FBI,” papar Bara.
Dia menjelaskan propaganda itu disebarkan melalui media sosial. Konten propaganda itu disebutkan Bara bermuatan hoax.
“Intervensi atau propaganda itu menggunakan media sosial yang berisi kampanye penyebaran disinformasi dan hoax dengan tujuan untuk mendiskreditkan Hillary Clinton dan membantu Donald Trump. Ini bukan kesimpulan main-main, tapi keseluruhan komunitas intelijen AS memberikan keterangan di bawah sumpah di rapat di Senat,” sebutnya.
Bahkan, kata Bara, propaganda ala Rusia itu terjadi di berbagai negara Eropa lainnya saat masa pemilu. Karena itu, menurut dia, tak tertutup kemungkinan hal serupa terjadi di Indonesia.
“Propaganda Rusia ini juga terjadi di berbagai pemilihan di Eropa. Jadi ini tidak bisa dianggap enteng dan bisa saja terjadi di Indonesia. Publik Indonesia harus aware (sadar) dan waspada soal ini. Kenyataannya memang penyebaran disinformasi dan hoax gaya propaganda Rusia, pada level-level tertentu, juga terjadi di Indonesia sekarang menjelang pemilihan presiden,” tutur Bara, seperti dikutip dari detik.com
Sebelumnya, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva, membantah istilah ‘propaganda Rusia’ dan kini juga berbicara soal Rand Corporation.
Menurut Vorobieva, istilah ‘propaganda Rusia’ tidak berdasar dan bukan hal yang nyata. Dia menegaskan istilah itu tidak bersumber dari Rusia, melainkan buatan Amerika Serikat.
“Dengan disebutkannya propaganda Rusia, istilah itu sendiri sebenarnya dibuat sebagai propaganda Amerika Serikat. Karena istilah ini dibuat oleh Rand Cooperation pada 2016 saat Amerika Serikat menyelenggarakan pemilu. Dan istilah ini tidak memiliki dasar di dunia nyata,” ucap Vorobieva saat press briefing di kediamannya, Jl Karet Pedurenan No 1, Jakarta Selatan, Rabu (13/2).
Vorobieva menegaskan hoax dan fake news yang beredar di media sosial tidak bersumber dari Rusia. “Istilah ini diperkenalkan secara salah,” tegasnya.