Site icon Beritaenam.com

Yayasan Dana Kemanusiaan Gotong Royong Gagasan Brillian Ibu Tien Soeharto

beritaenam.com, Jakarta – Menyadari Negara Yang dipimpin sang suami Jendral Besar (Purnawirawan) Soeharto sering mengalami ragam bencana, maka mendiang Ibu Negara Siti Hartinah Soeharto atau akrab disapa Ibu Tien ini memikirkan bagaimana mengatasi bantuan kemanusiaan untuk membantu rakyat yang dicintainya dapat musibah bencana.

Ibu Tien waktu itu berpendapat, bahwa negara belum mempunyai alokasi anggaran yang memadai untuk menghadapi kejadian-kejadian bencana, yang datang serba tidak terduga. Karenanya, gagasan serta ide menggerakkan solidaritas masyarakat dalam pengumpulan dana dari seluruh lapisan masyarakat yang mampu, sebagai dana “siaga bencana”. Dana itu untuk meringankan penderitaan sesama akibat musibah kemanusiaan.

Ibu Tien Soeharto makin tergerak untuk mendirikan yayasan dana Gotong royong saat menyaksikan pidato Presiden Soeharto yang disampaikan dalam momentum peringatan ke-40 tahun berdirinya Organisasi Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (Food and Agriculture Organization of The United Nation Organization/ FAO UNO) di Roma.

Dalam pidato tersebut, Presiden Soeharto menjelaskan sekaligus berbagi pengalaman atas keberhasilan Indonesia mencapai swasembada beras.

Di depan sidang itu, Presiden Soeharto menyatakan, sebagai ungkapan rasa syukur bangsa Indonesia dan ungkapan simpati para petani Indonesia kepada sesama petani yang sedang bergumul dalam perjuangan memperbaiki nasib, maka para petani Indonesia secara gotong-royong dan sukarela berhasil mengumpulkan gabah sebanyak 100.000 Ton.

Presiden Soeharto mengungkapkan, para petani Indonesia telah memintanya untuk menyerahkan gabah itu kepada FAO, untuk selanjutnya diteruskan kepada saudara-saudara mereka dengan keluarganya yang mengalami kelaparan di berbagai kawasan, k rehususnya di Benua Afrika.

Pidato itu ternyata menyentuh perasaan Ibu Tien. Karenanya, Ibu Tien memiliki ide mendirikan yayasan yang dimaksudkan untuk menggerakan solidaritas masyarakat dalam pengumpulan dana dari seluruh lapisan masyarakat yang mampu, sebagai dana siaga bencana yang sangat dibutuhkan untuk meringankan beban penderitaan sesama akibat musibah kemanusiaan.

Ide Brilian Ibu Tien disambut Pak Harto, Presiden Soeharto saat itu sepakat mendirikan Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan (YDGRK).

Yayasan ini didirikan untuk membantu dalam kejadian bencana alam, seperti musibah banjir, Gempa Bumi, Gunung Meletus, Tsunami, kebakaran dan sebagainya, yang memerlukan bantuan segera. Yayasan selalu mendahulukan agar bantuan segera dapat diberikan sambil menunggu bantuan-bantuan lain.

Dengan modal awal Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) pada masa itu, yang disisihkan ibu Tien dan ibu Zaleha ibnu Sutowo, dari kas rumah tangga, mereka menggerakkan Yayasan Harapan Kita. Kini setelah 51 tahun, kita bisa menyaksikan sendiri perkembangan yang terjadi atas dedikasi mereka.

Seruan serta ajakan Ibu Tien disampaikan dalam pertemuan di Istana Bogor 30 Maret 1986 mendapat simpati dan dukungan dari tokoh-tokoh masyarakat serta para pengusaha nasional kala itu, yang memiliki kepedulian besar terhadap masalah-masalah sosial kemanusiaan. Maka kemudian muncullah pembentukan Panitia Dana Gotong Royong Kemanusiaan.

Status kepanitiaan itu kemudian ditingkatkan menjadi Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan (YDGRK). Ide itu kelak mampu berpartisipasi dalam meringankan beban kemanusiaan dalam 718 kejadian bencana di 963 lokasi, baik bencana-bencana di dalam maupun luar negeri.

Termasuk korban musibah bencana terowongan Mina dan korban perang teluk Persia (melalui PMI) juga merasakan sentuhan manfaat dari ide ini.

Ibu Tien bukan saja seorang istri Presiden, akan tetapi juga merupakan sosok pejuang yang patut menjadi contoh bagi kita semua. Karena Ibu Tien sudah tidak ada, kepemimpinan YDGRK dilanjutkan oleh Ibu Umar Wirahadikusumah.

Sementara Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan (YDGRK) rentang waktu 33 tahunnya telah menunjukkan berbagai pengabdian kepada warga negara yang terkena bencana. Kami selalu hadir di mana rakyat menderita karena bencana. Tak hanya sekali.

Pada bencana yang baru saja terjadi, yakni tsunami di pesisir Banten dan Lampung, akhir tahun 2018 hingga awal 2019 lalu, saya sendiri terlibat. Sedikitnya dalam dua kali kedatangan.

Yayasan Dana Gotong Royong datang bukan hanya memberi apa yang bisa kami berikan. Namun kami datang untuk memberi harapan sekaligus menegaskan masih kuatnya tali persaudaraan kita sebagai anak bangsa. Lebih jauh lagi, sebagai sesama manusia, makhluk Allah yang diikat dengan -rachmaan dan rachiim-Nya.

Selama 33 tahun berkiprah, Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan (YDGRK) telah menyalurkan bantuan sekitar Rp. 64 miliar. Semua untuk korban bencana, meliputi korban bencana banjir, tanah longsor, banjir bandang, tsunami, gunung meletus dan bencana sejenisnya.

Selama itu, yayasan juga telah menyalurkan bantuan di 1.099 lokasi bencana, pada 899 kejadian bencana di 34 Provinsi di Indonesia.

Semua itu kami lakukan melalui kerja sama luar biasa dengan semua pihak. Semua yang percaya bahwa kehidupan yang lebih baik, yang lebih sejahtera itu bisa kita raih bersama melalui tolong-menolong di antara kita.

“Kedepan Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan akan terus membantu masyarakat yang terkena musibah,” tandas Siti Hardianti Indra Rukmana selaku ketua umum YDGRK (Buyil)

Exit mobile version