beritaenam.com, Jakarta – Foto para hakim di PN Jakpus yang berpose ‘salam 2 jari’ beredar luas di tengah larangan MA soal keberpihakan dalam pilpres. Komisi Yudisial (KY) menyayangkan hal tersebut dan akan segera menindaklajuti adanya dugaan pelanggaran.
“KY menyayangkan sikap para hakim yang tidak memperlihatkan keteguhannya dalam menjaga netralitas dalam berkehidupan bernegara,” kata Komisioner KY Sukma Violetta, Selasa (12/2/2019).
“Termasuk diduga melakukan pelanggaran kode etik. Akan ditindaklanjuti sesuai dengan prosedur penanganan dugaan pelanggaran etik. KY tidak perlu menunggu masyarakat melaporkan hal ini. Bisa langsung ditindaklanjuti,” imbuhnya.
Sukma menuturkan, sangat diharapkan hakim untuk tidak memperlihatkan secara terang-terangan pilihan politik mereka. Hal tersebut terutama karena nantinya sengketa pemilu akan diadili di pengadilan di bawah MA.
“Terkait pilihan dalam Pemilu, merupakan hak masing-masing warga. Akan tetapi sangat diharapkan korps hakim tidak memperlihatkannya kepada publik. Karena perkara pidana dan sengketa pemilu akan diadili oleh pengadilan-pengadilan di bawah MA,” tutur Sukma.
“Ketentuan mengenai Kode Etik Hakim menyebutkan bahwa sikap hakim tidak boleh memberi kesan memihak,” imbuhnya.
Ketua PN Japus Yanto telah membantah keras foto-foto itu terkait pilpres atau keberpihakan politik.
“Itu pistol, bukan dua jari. Kemudian ada jempol dan genggam juga ada, tapi orang iseng ditambahi, padahal pakai kamera, tidak pakai handphone,” kata Ketua PN Jakpus Yanto saat berbincang dengan detikcom di kantornya, Jalan Bungur Raya, Jakpus, Senin (12/2).
Menurut Yanto foto itu diambil 3 bulan lalu. Mereka ramai-ramai foto karena salah satu di antara hakim ada yang pindah ke PN Bengkulu. Sebagai kenang-kenangan, mereka lalu foto bersama.
Dia pun menyebut itu ‘gaya pistol’, bukan ‘salam 2 jari’. Sehingga bukan bagian dari salam dua jari politik.
“Itu pistol, bukan dua jari. Kemudian ada jempol dan genggam juga,” tutur Yanto.
Yanto keberatan foto tersebut kini diramaikan dan dikait-kaitkan dengan politik.
“Itu di lantai 5 di depan ruang kerja mereka mau sidang. Pak Ansori mau pindah ke PN Bengkulu, itu foto lama kenapa didramatisir sekarang. Jadi foto lama Pak Ansori sudah pindah kurang lebih 3 bulan lalu?” ujarnya.
Salah satu hakim yang ikut berfoto, Anwar, membenarkan adanya foto tersebut. Namun ia membantah foto itu terkait pilpres.
“Saya datang belakang pakai peci dulu. Foto biasa tidak ada harus tangan satu dan dua, sekarang giliran gaya bebas, tidak ada mau mendukung pasangan calon,” ujar hakim Anwar, Selasa (12/2).