beritaenam.com, Washington – Badan penerbangan Amerika Serikat menyatakan saat ini tak ada dasar untuk mengandangkan pesawat-pesawat Boeing 737 MAX 8, menyusul kecelakaan kedua yang melibatkan pesawat tipe tersebut dalam waktu kurang dari enam bulan.
Meski Boeing sendiri telah memastikan bahwa pesawatnya aman dan layak terbang, namun Uni Eropa, Inggris, India, Uni Emirat Arab dan India mengikuti langkah China dan negara-negara lainnya yang mengandangkan pesawat tersebut ataupun melarangnya terbang di wilayah udara mereka, sembari menunggu hasil penyelidikan atas kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines.
Namun pemerintah Amerika Serikat sejauh ini menolak untuk mengambil tindakan serupa terhadap pesawat terlaris buatan raksasa penerbangan AS itu.
“Sejauh ini, tinjauan kami tidak menunjukkan masalah kinerja sistemik dan tidak memberikan dasar untuk memerintahkan pesawat dikandangkan,” demikian disampaikan Kepala Badan Aviasi Federal Amerika Serikat (FAA), Daniel Elwell dalam sebuah statemen seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (13/3/2019).
“Otoritas penerbangan sipil lainnya juga tidak memberikan data kepada kami yang bisa membuat kami mengambil tindakan itu,” imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Transportasi AS, Elaine Chao mengatakan bahwa FAA akan “segera mengambil langkah yang tepat” jika suatu kecacatan ditemukan pada pesawat tersebut.
Pesawat Ethiopian Airlines jatuh di dekat Bishoftu, 60 km arah tenggara dari Addis Ababa, ibu kota Ethiopia pada Minggu (10/3), hanya sekitar enam menit setelah lepas landas.
Penyebab kecelakaan tersebut belum jelas, namun pilot melaporkan ada masalah dan meminta untuk kembali ke Addis Ababa.
Para penyidik telah menemukan perekam suara kokpit dan perekam data penerbangan digital, namun temuannya belum dibuka kepada publik.
Jarak penglihatan disebut bagus tapi pemantau lalu lintas udara Flightradar24 melaporkan bahwa “kecepatan vertikal pesawat tidak stabil setelah lepas landas”.
Pilotnya bernama Kapten Senior Yared Getachew, yang menurut Ethiopian Airlines telah mencatat lebih dari 8.000 jam terbang dan memiliki catatan kinerja “yang sangat baik”.
Sebelumnya pada Oktober 2018, pesawat Boeing 737 MAX 8 milik maskapai Lion Air juga jatuh hanya sekitar 12 menit setelah lepas landas dari Jakarta. Keseluruhan penumpang dan kru pesawat yang berjumlah 189 orang meninggal dunia.
Menyusul jatuhnya pesawat Lion Air, penyelidik mengatakan bahwa pilot tampaknya berkutat dengan sistem otomatis yang dirancang untuk mencegah pesawat mandek di angkasa, fitur terbaru dalam jet tersebut.
Sistem anti-mandek tersebut berkali-kali memaksa hidung pesawat turun, meskipun pilot berusaha mengangkatnya, menurut temuan awal. Pesawat Lion Air tersebut juga baru dan kecelakaan terjadi tak lama setelah lepas landas.