Beritaenam.com, Jakarta – Bakal Calon Wakil Presiden Kiai Ma’ruf Amin menyadari dirinya memang tak muda lagi untuk maju di Pilpres 2019. Namun, menurut Ma’ruf, Joko Widodo membutuhkannya sebagai pendamping.
“Ada lagi yang bilang Kiai Ma’ruf tua, siapa bilang saya masih muda? Semua orang juga tahu saya tua, Pak Jokowi juga (tahu). Tapi mungkin beliau butuh didampingi yang tua,” ucap Kiai Ma’ruf saat memberikan orasi politiknya di Rumah KMA, Jakarta, Minggu (17/9).
Tetapi, kunjungan ke Kuala Lumpur, Malaysia untuk bertemu PM Malaysia Mahathir Mohamad, PM Malaysia mengubah pemikiran Ma’ruf. Dari pertemuan dengan Mahathir, Ma’ruf mengaku lebih bersemangat untuk bertarung di Pilpres 2019.
“Ada juga yang bilang Kiai Ma’ruf masih lebih muda dibanding Mahathir. Maka, ketika kemarin saya ke Kuala Lumpur, Mahathir mengatakan mudah-mudahan Pak Jokowi-Ma’ruf terpilih. Kemudian ketika berdiri di samping beliau, saya ternyata lebih muda dibanding Mahathir. Semangat saya bangkit lagi,” ungkap Kiai Ma’ruf.
Dia juga menceritakan, ada yang suara-suara yang menolak dirinya menjadi pasangan Jokowi. Ma’ruf mengungkapkan pihak tersebut menilai seorang kiai tidak cocok maju menjadi cawapres.
“Ada orang mengatakan, kenapa Pak Jokowi pilih Pak Kiai, Kiai enggak usah urus negara, ngaji saja. Saya bilang memangnya Kiai tidak boleh. Kalau politisi boleh, pengusaha boleh, (mantan) TNI/Polri boleh, masa kiai tidak boleh? Apa kiai cukup jadi pemadam kebakaran saja, tukang doa saja? Dulu Gus Dur juga kiai, bisa jadi Presiden. Lalu sekarang saya jadi Cawapres,” jelas Kiai Ma’ruf.
Ma’ruf terang-terangan menyebut suara penolakan itu datang dari kader NU. Tapi, soal siapa pihak yang dimaksud, Ma’ruf menutup rapat.
“Ada yang bilang juga kiai ngaji saja, ini dari kalangan kita sendiri. Padahal dulu dia yang teriaki kiai jangan jadi tukang pemadam kebakaran, dorong mobil mogok, tapi setelah diambil dia bilang tidak usah jadi Wapres,” tegasnya.
Dilansir dari merdeka.com, Dia meyakini, jika dia berhasil menjadi Wapres, maka akan ada orang-orang NU yang ditarik ke pemerintahan. Bahkan bukan tidak mungkin ada warga NU yang menjadi Presiden di periode mendatang.
“Siapa tahu yang jadi Capres juga diambil dari NU. Karena kalau berkerja sama dengan NU pasti menang. Oleh karena itu harus menang. Insyallah ini yang kita harapkan,” tandasnya.