[ad_1]
KEMUNCULAN Presiden Joko Widodo dalam memberikan pidato pada Sidang Umum PBB merupakan blessing in disuise, atau hikmah di tengah pandemi covid-19. Hal itu disampaikan oleh pengamat hubungan internasional Dewi Fortuna Anwar.
“Syukurlah ada juga blessing in disguise dari sidang umum virtual ini, sehingga presiden baru pertama kali, for the first time,” kata Dewi saat dihubungi mediaindonesia.com dari Jakarta, Rabu (23/9).
Pernyataan Dewi bukan tanpa alasan. Pasalnya sejak Jokowi menjabat sebagai presiden, pidato di sidang umum PBB selalu didelegasikan ke Wakil Presiden Jusuf Kalla.
“Kan selama ini Wapres. Jadi karena tidak boleh travelling, karena covid-19 ini ada virtual assembly, jadi bagus lah,” ujar Dewi yang pernah menjabat Deputi Sekretaris Wapres Bidang Politik.
Baca juga : Kebakaran Kejagung, Penyidik Lengkapi Administrasi Penyidikan
Menurut Dewi, isi pidato Jokowi telah menyentuh isu-isu penting mengenai prinsip dasar politik luar negeri Indonesia. Misalnya soal rivalitas yang terjadi antarnegara selama pandemi covid-19 tanpa menyinggung satu negara pun.
“Presiden tadi menyampaikan kekhawatiran tentang meningkatnya rivalitas dan konflik di era covid ini pun masih terjadi, tanpa menyebut nama. Meskipun kita kan tahu rivalitas yang paling utama ini antara Amerika Serikat dengan Tiongkok,” jelas Dewi.
Dalam pidatonya, Jokowi juga menyebut Palestina sebagai satu-satunya negara peserta Konfrensi Asia Afrika pada 1955 yang belum merdeka hingga hari ini. Dukungan Indonesai terhadap Palestina menurut Dewi sebagai hutang yang belum terbayar.
“Ini adalah hutang yang belum lunas sampai sekarang. Jadi Indonesia tetap commit mendukung hak-hak Palestina. Itu wajib Indonesia dalam setiap pertemuan PBB menyebut hal itu,” ucap Dewi. (OL-2)
[ad_2]
Source link