Beritaenam.com – Alhamdulillah bisa kumpul dan kenal dengan para senior. Mereka adalah wartawan yang sudah makan asam garam dalam dunia pers. Biarpun usia sudah menginjak kepala 5, tapi saya merasa paling junior diantara wartawan yang hadir mewakili daerahnya. Rabu (13/12), di Hotel Millenium, Tanah Abang, saya hadir sebagai salah satu peserta dalam Rapat Kerja Nasional Dewan Kehormatan (DK) Persatuan Wartawan Seluruh Indonesia.
Berkumpul untuk bersilaturahmi, sekaligus membahas persoalan substansial tentang kode etik jurnalistik, tantangan dan relevansinya dalam era digital.
Saya, bagian dari para senior. Dan kebetulan saya anggota DK PWI Jaya, bersama Bang Kamsul Hasan (Ketua), bang Jams Tobing (Sekretaris) bang Firdaus dan pak Andi Mustmar. Beruntung saya mengenal para senior. Di jajaran wartawan nasional, ada bang Ilham Bintang (Ketua DK PWI Pusat), bang Wina Armada (Sekretaris DK PWI Pusat), Bang Marah Sakti Siregar dan lainnya.
Diantara yang paling senior, ada pak Herman Tapahary, umur 85 tahun, masih energic, beliau adalah Ketua DK PWI Maluku. Ayah 3 anak dan 7 cucu ini dikenal sebagai wartawan 3 jaman. Tahun 1967 sudah aktif di PWI, beliau seangkatan alm Rosihan Anwar, Jacob Oetama, dll. Sampai sekarang masih aktif di organisasi kewartawanan ini.
Apa rahasia sehat dan tetap fit? Pak Herman selalu menjaga kesehatan dan pola hidupnya. Dia masih sering jogging, setiap hari dan satiap sabtu dan minggi mengikuti senam kesegaran. “Hidup selalu menjaga olah rasa, olah pikir dan olah raga,” katanya.
Pak herman masih aktif menulis di koran Suara Maluku. Banyak hal yang membuat dirinya tetap semangat dalam pengabdian dalam dunia kewartawanan, karena bisa bertemu atau berkumpul dengan teman-teman seprofesi. Tapi sayangnya teman-teman seangkatan, sudah lebih dulu meninggalkannya.
Dengan wajah cerah, mengaku menjalani hidup dengan enjoy, tanpa beban. Dan dia nggak suka kalau ditanya soal umur. “Tapi justru pertanyaan itulah yang sering dilontarkan orang setiap bertemu saya,” katanya.
Pak Herman, adalah inspirasi bagi saya, dan banyak wartawan lainnya. Bagaimana tetap menjaga spirit itu hal lain. Nggak semua wartawan mampu bertahan dalam sebuah pengabdian tiada batas.