Muslim Syiah merupakan minoritas di antara Muslim, tetapi mayoritas di Irakal-Sistani adalah ulama yang diikuti oleh sebagian besar dari 200 juta Muslim Syiah di dunia, dan merupakan tokoh nasional untuk warga Irak.
“Ali al-Sistani adalah pemimpin agama dengan otoritas moral yang tinggi,” kata Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot, kepala Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama dan spesialis studi Islam.
Sistani memulai studi agamanya pada usia 5 tahun, naik dari jajaran ulama Syiah ke ayatollah agung pada 1990-an.Ketika Saddam Hussein berkuasa, dia mendekam dalam tahanan rumah selama bertahun-tahun.
Namun, ia muncul ke publik kembali setelah invasi pimpinan AS menggulingkan rezim represif pada 2003, untuk memainkan peran publik yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pada 2019, dia berdiri bersama pengunjuk rasa Irak yang menuntut layanan publik yang lebih baik dan menolak campur tangan eksternal dalam urusan dalam negeri Irak.
Pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus membahas keselamatan kelompok minoritas Kristen di Irak dengan seorang ulama Islam Syiah terkemuka, pada hari kedua lawatan bersejarahnya ke negara itu.
Kantor Ayatollah Agung Ali al-Sistani, pemimpin spiritual jutaan Muslim Syiah, mengatakan pembicaraan tersebut menekankan perdamaian.
Sang Ayatollah menerima Paus di rumahnya di kota suci Najaf.
Lawatan ke Irak merupakan kunjungan internasional pertama Paus sejak awal pandemi dan merupakan lawatan pertama bagi pemimpin Katolik dunia ke Irak.
Ditengarai Covid-19 menjadi kekhawatiran soal keamanan menjadikan kunjungan ini sebagai lawatan Paus yang paling berisiko.
Pemimpin gereja Katolik berusia 84 tahun itu sebelumnya berkata kepada wartawan bahwa ia merasa “terikat oleh tugas” untuk melakukan perjalanan “simbolik” ke berbagai situs di Irak.
Pembicaraan Antar Pemimpin Agama
Kelompok minoritas Kristen Irak telah dilanda gelombang kekerasan sejak invasi yang dipimpin oleh AS ke negara itu pada tahun 2003.
Audiensi dengan sang Ayatollah yang dikenal sebagai penyendiri jarang terjadi tetapi dia menerima Paus selama sekitar 50 menit, dan berbicara tanpa mengenakan masker.
Ayatollah Agung al-Sistani menegaskan kepeduliannya bahwa warga Kristen harus hidup dalam perdamaian dan keamanan seperti semua warga Irak, dan dengan hak konstitusional mereka secara penuh.
Paus Fransiskus berterima kasih kepada Ayatollah karena telah mengangkat suaranya untuk membela mereka yang paling lemah dan paling teraniaya, selama masa-masa paling kejam dalam riwayat Irak, seperti dilansir dari kantor berita Associated Press (AP).
Pesan perdamaian pemimpin Syiah itu, katanya, menegaskan “kesucian hidup manusia dan pentingnya persatuan rakyat Irak”.
Paus Fransiskus setelah ini akan berangkat ke kota kuno Ur, yang diyakini sebagai tempat kelahiran Nabi Ibrahim, tokoh sentral bagi agama Islam, Kristen, dan Yahudi.
Sekitar 1000 anggota Pasukan Keamanan Irak dikerahkan untuk melindungi Paus selama kunjungannya, sementara larangan keluar rumah juga diterapkan untuk membatasi penyebaran Covid-19.
Beberapa kelompok militan Syiah dilaporkan menentang lawatan ini, menyebutnya sebagai bentuk campur tangan Barat dalam urusan negara Irak.
Inilah pertemuan yang sudah ditunggu-tunggu selama bertahun-tahun: pertemuan antara pemimpin Gereja Katolik dan salah satu ulama paling tersohor dalam Islam Syiah, Ayatollah Agung Ali al-Sistani.
Bagi seorang paus yang bersemangat untuk merangkul agama lain, pertemuan tersebut bisa dibilang sebagai momen paling simbolis dari kunjungannya ke Irak.
Komunitas Kristen yang jumlahnya terus menyusut di Irak telah mengalami kekerasan di tangan kelompok-kelompok Syiah – dan sang ulama dipandang sebagai suara moderat.
Paus sekarang berkunjung ke Ur – tempat kelahiran Nabi Ibrahim, dengan harapan bahwa sosok yang dihormati oleh orang Kristen, Muslim, dan Yahudi, dapat mendorong kerukunan di masa kini.
Pembicaraan Paus di Irak
Tak lama setelah disambut oleh Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi di bandara Baghdad pada hari Jumat, Paus menyerukan “akhir bagi tindakan kekerasan dan ekstremisme, faksi dan intoleransi”.
“Irak telah merasakan dampak merusak dari peperangan, bencana terorisme dan konflik sektarian,” katanya dalam sebuah pidato.
“Keberadaan kaum Kristen yang sudah lama di tanah ini, dan kontribusi mereka pada kehidupan bangsa, merupakan warisan kaya yang mereka harap dapat diteruskan untuk melayani semua,” imbuh Paus.
Ia berkata komunitas Kristen yang terus berkurang di Irak harus memiliki peran yang lebih penting sebagai warga negara dengan hak, kebebasan, dan tanggung jawab penuh.
Komunitas Kristen di Irak, salah satu yang tertua di dunia, telah menyaksikan jumlah mereka merosot dalam dua dekade terakhir dari 1,4 juta hingga sekitar 250.000, kurang dari 1% populasi.
Banyak yang melarikan diri ke luar negeri dari kekerasan yang telah melanda negeri itu sejak invasi yang dipimpin AS pada 2003, yang menggulingkan rezim kepemimpinan Saddam Hussein.
Puluhan ribu orang Kristen juga terusir dari rumah mereka ketika kelompok militan yang menamakan diri Negara Islam (ISIS) menyerbu Irak utara pada 2014, menghancurkan gereja bersejarah, merampas properti mereka, dan memberi mereka pilihan untuk membayar pajak, masuk Islam, pergi, atau dihukum mati.
Gabungan dari berbagai faktor masalah tersebut membuat para pejabat gereja meyakini “ada kemungkinan Kristen akan hilang dari Irak”.
Penyambutan Paus Fransiskus
Kemudian ia menemui para uskup dan rohaniwan Gereja Katolik Suriah Our Lady of Salvation di Baghdad tempat 52 orang umat Kristiani dan sejumlah polisi tewas dalam serangan kelompok jihadis yang berafiliasi dengan ISIS pada tahun 2010.
Paus juga telah menemui Ayatollah Agung Ali al-Sistani. Pria berusia 90 tahun itu adalah panutan bagi jutaan umat Syiah di Irak dan negara lain.
Paus lantas bakal menghadiri pertemuan lintas agama di Ur, yang diyakini sebagai tempat kelahiran Nabi Ibrahim, yang dalam tradisi agama dikenal sebagai bapak para nabi.
Kemudian dia akan melawat ke Kota Mosul, pada Minggu (07/03/2021).
Di sana dia akan mengucapkan doa bagi para korban perang dengan ISIS, yang menyebabkan puluhan ribu warga sipil tewas.
Paus juga akan berkunjung ke Qaraqosh, tempat umat Kristen datang kembali sejak kekalahan ISIS pada 2017 dan membangun ulang gereja dan rumah.
Sorenya, Paus akan memimpin misa di sebuah stadion di Irbil, ibu kota wilayah semi otonomi Kurdistan. Acara itu rencananya dihadiri ribuan orang.
Sekitar 10.000 personel Pasukan Keamanan Irak akan dikerahkan selama kunjungan Paus.
Jam malam juga akan diberlakukan guna membatasi penyebaran Covid-19.
Photo Credit: Ulama terkemuka Syiah Irak Ayatollah Ali Sistani mengatakan kepada Paus Fransiskus dalam pertemuan antar agama di kota suci Najaf Sabtu bahwa umat Kristiani di negara itu harus hidup dalam “damai”. AFP PHOTO
Di bawah kekuasaan kapitalisme, tidak ada yang dapat menghentikan degradasi moral pers. – Paul Brurat