beritaenam.com, Jakarta – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan, Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, mengalami 18 kali kegempaan vulkanik dalam, sepanjang pengamatan Kamis (28/2) hingga Jumat (1/3) dini hari.
Dilansir dari Antara, Jumat (1/3/2019), Deny Mardiono selaku Staf Kementerian ESDM, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau, pada periode pengamatan 28 Februari 2019, hingga pukul 24.00 WIB mengalami kegempaan vulkanik dalam 18 kali, amplitudo 2-12 mm, S-P 0,6 – 2,7 detik, durasi 4-16 detik.
Gunung Anak Krakatau juga mengalami kegempaan tektonik lokal 9 kali, amplitudo 1-9 mm, S-P 3,2 – 4,7 detik, durasi 4-70 detik; dan kegempaan tektonik jauh 2 kali, amplitudo 3-15 mm, S-P 12,1 detik, durasi 80-180 detik.
Gunung api di dalam laut dengan ketinggian 155 meter dari permukaan laut (mdpl) ini cuaca cerah, berawan, mendung, dan hujan.
Angin bertiup lemah ke arah timur dan barat. Suhu udara 24-29 derajat Celsius, kelembapan udara 0-100 persen, dan tekanan udara 0-756.6 mmHg.
Visual gunung jelas hingga kabut 0-III. Asap kawah tidak teramati. Ombak laut tenang. Kesimpulan tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau Level III (Siaga), sehingga direkomendasikan masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 5 km dari kawah.
Penampakan Kawah Anak Krakatau
Sementara itu, dari pantauan terkini melalui drone PVMBG pada 18 Februari 2019, tampak kawah Gunung Anak Krakatau. Gambar terkini kawah tersebut diambil setelah PVMBG memasang seismograf di puncak gunung, demikian cuitan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
“Morfologi kawah Gunung Anak Krakatau pada 15/2/2019. Tinggi gunung 155 m dpl. Sejak Januari 2019 aktivitas letusan terus menurun. Status Siaga (level 3). Radius berbahaya hanya di dalam 5 km dari kawah. Di luar itu aman. Wisata di Selat Sunda aman,” tulis Sutopo.
“Inilah kawah Gunung Anak Krakatau dari Drone PVMBG 18 Februari 2019. PVMBG telah memasang seismograf di puncak Gunung Anak Krakatau. Aktivitas letusan terus menurun sejak Januari 2019. Status tetap Siaga. Zona berbahaya hanya di dalam radius 5 km dari kawah,” sambung Sutopo.