“Pertama, kalau soal biaya segitu, ya kelewat besarnya. Bisa buat bikin sirkuit baru untuk F1 dan MotoGP, lebih bahkan,” ujar H. Tinton, pemilik dan pengelola Sentul International Circuit, Bogor.”
Beritaenam.com — Ramai dibicarakan, tatkala Tinton Soeprapto tiba-tiba bersuara menyarankan Formula E Jakarta ditunda. Pasalnya, tulisan itu, berawal dari online yang katanya dimodali oleh “orangnya” Jokowi.
Maka, netizen pendukung Anies Baswedan serta grup “Buncis Balaikota” segera merespon, dalam cuitan antar sesama anggota grup. Pertanyaannya, apakah benar dari empat alasan, yang dikemukakan Tinton S.
Ada 4 Alasan
Mantan pembalap dan pereli legendaris H.Tinton Soeprapto ikut menyuarakan agar pelaksanaan balap Formula E Jakarta di kawasan Monas, 6 Juni mendatang dibatalkan saja.
Selain biayanya terbilang wow hampir Rp 1,7 triliun yang dikuatirkan bisa berurusan dengan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), juga ada beberapa alasan lainnya.
“Pertama, kalau soal biaya segitu, ya kelewat besarnya. Bisa buat bikin sirkuit baru untuk F1 dan MotoGP, lebih bahkan,” ujar H. Tinton, pemilik dan pengelola Sentul International Circuit, Bogor.
Yang kedua, lanjut legenda otomotif berusia 75 tahun ini, menyebut bahwa *curah hujan di Jabodetabek menurut BMKG masih tinggi hingga awal Mei 2020.*
“Apa mungkin membangun sirkuit, overlay lintasan konblok di seputaran Monas dan separoh lagi lintasan aspal hanya dalam waktu kurang dari 2 bulan?* Formula E ini kecepatannya hanya sedikit di bawah F1 loh,” ungkap H. Tinton.
Alasan utama sebenarnya ya masalah hujan dan curah hujan yang tinggi itu dikawatirkan penyiapan lintasan sepanjang 3 km tidak bisa dipenuhi secara maksimal.
“Ketiga, mohon maaf nih Pak Anies (Baswedan), saya sangat hormat dengan Bapak, balapan itu biasanya ada suaranya. Dan itu menjadi daya tarik tersendiri. Tapi kali ini (Formula E, balap mobil listrik) gak ada suaranya. Mohon maaf nih, seberapa banyak yang akan datang menonton?,” ungkap pria yang pernah mengikuti reli Paris-Dakar itu.
Yang keempat, tambah H. Tinton, *tiadanya local hero alias pembalap Indonesia di ajang Formula E Jakarta.*
“Saya mengharap ada local hero, tapi apakah bisa? Pertama, tim-tim di Formula E sudah terisi semua seatnya oleh pembalap. Dan, kalau pun misalnya ada pembalap Indonesia, tentu tak akan mudah. Kapan latihannya? Karena sama sekali berbeda dengan mobil balap formula, taruhlah F2 misalnya. Nggak akan bisa menguasai mobil itu,” terang Tinton.
Akibatnya, akan berada di urutan paling belakang.
Maka meski sudah teken kontrak dengan Formula E Operations, juga dengan DPRD DKI untuk penganggaran yang tahun 2019, dengan musyawarah mufakat tidak ada yang tidak bisa diselesaikan.
“Saya hormat dengan Pak Anies, saya sayang dengan bos saya Pak Pras (Prasetyo Edi Marsudi, Ketua DPRD DKI), pasti tidak mau menghancurkan nama baik. Apalagi masih ada rumah warga masih beberes akibat banjir, ada musibah,” tutur H.Tinton.
“Saran saya, Formula E ditunda saja tahun depan. Bukan dibatalin, hanya dimundurin. Pasti akan lebih perfect hasilnya,” pungkas H. Tinton.