Site icon Beritaenam.com

Bilik Disinfeksi Menuai Kontroversi

Beritaenam.com — Ramai diperbincangkan penggunaan bilik disinfeksi yang membahayakan kesehatan.

Artikel itu menyoroti maraknya pendirian bilik-bilik disinfeksi yang menyemprotkan disinfektan ke tubuh mereka yang berada di dalamnya untuk perlindungan di masa wabah virus corona COVID-19 sekarang ini.

Artikel itu diketahui berasal dari sebuah situs media kesehatan health.grid.id. Satu contoh bilik disinfeksi yang diterangkannya adalah yang dibuat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

“Menurut WHO, bilik yang berisikan cairan desinfektan seperti alkohol, clorin, H2O2 justru membahayakan manusia hingga dua tahun ke depan (karsinogenik), dan sampai saat ini tidak ada cairan apapun yg direkomendasikan,” tulis artikel itu.

Hasil diskusi dengan dokter Puskesmas Serpong, untuk bilik tidak boleh disemprot disinfektan tapi menggunakan antiseptik. “Kami menggunakan antiseptik dettol pak,” ujar pak RT The Castilla, sebuah cluster di Bumi Serpong Damai dalam menyambut tamu.

baca juga: majalah matra edisi cetak — klik ini

Apa sih beda antiseptik dan disinfektan? 

Dalam literasi disebutkan, sama-sama digunakan secara luas sebagai cairan pembersih baik dalam dunia kesehatan maupun penggunaan sehari-hari. Keduanya terbuat dari bahan kimia yang dikhususkan sebagai zat pembersih dan pembunuh kuman.

Hanya saja, memang, banyak orang berpikir bahwa antiseptik dan disinfektan adalah cairan yang sama. Padahal, keduanya berbeda baik dari bahan pembuatnya hingga penggunaannya.

Antiseptik, dilansir dari Healthnews, merupakan zat yang dapat menghentikan atau memperlambat pertumbuhan mikroorganisme. Penggunaan antiseptik aman pada jaringan hidup seperti pada permukaan kulit atau membran mukosa.

Tidak jarang, antiseptik juga digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam tubuh.

Beberapa kegunaan antiseptik antara lain adalah sebagai berikut:

1. Bahan pembersih dalam mencuci tangan. Profesional medis menggunakan antiseptik untuk scrub tangan dan gosok di rumah sakit.

2. Membasmi kuman pada selaput lendir. Antiseptik dapat diterapkan pada uretra, kandung kemih, atau vagina untuk membersihkan daerah tersebut sebelum memasukkan kateter. Mereka juga dapat membantu mengobati infeksi di area ini.

3. Membersihkan kulit sebelum operasi. Antiseptik diterapkan pada kulit sebelum segala jenis operasi untuk melindungi terhadap mikroorganisme berbahaya yang mungkin ada pada kulit.

4. Mengobati infeksi kulit. Anda dapat membeli antiseptik generik untuk mengurangi risiko infeksi pada luka ringan, luka bakar, dan luka. Contohnya termasuk hidrogen peroksida dan alkohol gosok.

5. Mengobati infeksi tenggorokan dan mulut. Beberapa pelega tenggorokan mengandung antiseptik untuk membantu mengatasi sakit tenggorokan akibat infeksi bakteri.

***

Sementara, dilansir dari Pharma Guideline, cairan disinfektan merupakan zat kimia yang digunakan untuk membersihkan dan membunuh kuman pada benda tak hidup.

Pada umumnya, disinfektan digunakan untuk mensterilkan benda-benda dari pertumbuhan kuman dan bakteri.

Untuk mempermudah dalam mengetahui perbedaan keduanya adalah sebagai berikut:

*Dokter akan mengoleskan cairan antiseptik pada badan pasien sementara alat-alat operasi disterilkan menggunakan cairan disinfektan.

Disinfektan, pada umumnya, banyak ditemukan dalam produk pembersih lantai, dapur, dan pembersih rumah tangga lainnya.

Produk yang paling umum ditemukan adalah produk pembersih kerak dan pemutih yang mengandung alkohol.

Di sisi lain, perlu Anda ketahui bahwa beberapa mikroorganik mungkin bersifat resistansi terhadap cairan disinfektan sehingga beberapa mikroba tidak terbunuh secara keseluruhan.

Akan tetapi, disinfektan tetap berfungsi sebagai cairan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan tidak membahayakan untuk kesehatan.

Keduanya, baik antiseptik maupun disinfektan mengandung bahan kimia yang disebut biosida. Hidrogen peroksida adalah contoh bahan umum dalam antiseptik dan disinfektan.

Namun, antiseptik biasanya mengandung konsentrasi biosida yang lebih rendah daripada disinfektan. Sebagai contoh, fenol dapat digunakan sebagai antiseptik jika konsentrasinya 0,2 persen tetapi untuk menggunakannya sebagai disinfektan konsentrasi yang dimilikinya harus 1 persen.

Oleh karenanya, cairan disinfektan lebih beracun dibandingkan dengan antiseptik. Sangat tidak disarankan untuk mengaplikasikan disinfektan pada permukaan kulit atau jaringan hidup lain karena dapat menyebabkan iritasi dan reaksi berlebih seperti ditulis pada laman Pharma Guideline.

Exit mobile version