beritaenam.com, Yogyakarta – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut adanya kemungkinan potensi tsunami susulan yang terjadi di daratan sekitar Selat Sunda. Warga diminta menjauhi pantai.
“Masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas di pantai, menjauhi pantai karena kemungkinan potensi susulan tsunami masih berpotensi terjadi sehingga saat ini untuk sementara tidak melakukan aktivitas di sekitar pantai,” ujar Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam jumpa pers di Kantor BPBD Yogyakarya, DIY, Minggu (23/12/2018).
Alasannya, aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda masih berlangsung. Radius warga menjauhi kawasan pantai tergantung pada topografi wilayah sekitar.
“Tadi saya sampaikan, itu rekomendasi dari PVMBG, rekomendasi dari BMKG, agar masyarakat tidak melakukan aktivitas di pantai, menjauhi pantai untuk sementara waktu ini. Karena potensi susulan tsunami masih kemungkinan terjadi karena apa, erupsi Gunung Anak Krakatau masih terus berlangsung sehingga berpotensi adanya tsunami susulan. Berapa jarak yang dikosongkan? Sangat tergantung topografi pantai. Dipengaruhi tinggi-rendahnya pantai. Ada yang 50 meter, ada juga 100 meter, tidak ada yang pasti,” jelas Sutopo.
BNPB tetap mengimbau masyarakat untuk waspada. Pihak terkait seperti BMKG, Badan Geologi, KKP, atau BPPT masih menganalisis penyebab terjadinya tsunami dan potensi musibah susulan.
“Tadi siang tiba-tiba sirine di Teluk Labuhan, Kecamatan Labuhan, Kabupaten Pandeglang, tiba-tiba bunyi sendiri sehingga masyarakat berhamburan karena adanya gempa atau tsunami susulan. Kami koordinasi dengan BMKG bahwa tidak ada aktivasi dari BMKG. Kami koordinasi dengan BPBD, ada kemungkinan sirene tadi alatnya rusak sehingga bunyi sendiri sehingga kita imbau masyarakat untuk tetap waspada. BMKG bersama badan geologi, BPPT, dan KKP, saat ini masih terus menganalisis penyebab pasti mengapa terjadi tsunami dan potensi susulan,” kata Sutopo, seperti dikutip dari detik.com
Tsunami yang terjadi pada Sabtu (22/12) malam menelan korban jiwa sebanyak 168 orang berdasarkan update pukul 13.00 WIB. Proses identifikasi jenazah masih dilakukan. Sejauh ini, semua korban meninggal adalah warga negara Indonesia.
“Proses identifikasi dilakukan semuanya oleh DVI (Disaster Victim Identification) kepolisian dan kantor kesehatan di Dinkes. Jadi proses dilakukan identifikasi, sebagian besar korban diidentifikasi. Data sementara tidak ada wisatawan asing, semua wisatawan lokal,” ucap Sutopo.