Untuk berita media online, ada 7 rahasia judul berita yang menarik bagi pembaca. Dua dari tujuh rahasia itu antara lain “mengandung rahasia” dan “pertanyaan” itu tadi.
Beritaenam.com — Rekan “fesbuk” saya Hermawan Aksan menulis status yang isinya mempertanyakan mengapa judul berita menggunakan pertanyaan. Judul berita kok pakai tanda tanya, ini ‘kan tidak lazim. “Pembaca butuh jawaban, bukan pertanyaan (pelajaran dari Kang Yusran Pare)”, demikian status yang ditulisnya kemarin malam.
Status ini menjadi penting sebab berisi pelajaran jurnalistik, sebuah pakem lawas di mana pembaca seharusnya diberi jawaban, bukan pertanyaan. Ini memang benar. Pembaca jangan dibikin bingung, beri langsung saja jawabannya.
Akan tetapi, bukan maksud saya membela judul berita yang dikritik itu jika sekarang zaman sudah berubah. Media yang sebelumnya didominasi media cetak (untuk literasi), sekarang sudah dirangsek oleh media pendatang baru, yakni media online dan kemudian media sosial yang keduanya bekerja di ranah internet.
Atas kenyataan ini, boleh jadi judul pertanyaan kurang pas untuk media cetak, sebagaimana “kesepakatan baku” yang seolah-olah sudah menjadi aturan, bahwa judul tidak boleh menggunakan pertanyaan. Pendeknya, pembaca harus segera diberi jawabannya.
Untuk berita media online, ada 7 rahasia judul berita yang menarik bagi pembaca. Dua dari tujuh rahasia itu antara lain “mengandung rahasia” dan “pertanyaan” itu tadi. Ambil contoh berita yang disematkan Hermawan Aksan “Inikah Wanita Yang Diantar Dul Sebelum Kecelakaan?” (sumber: Inilah.com), bagi media cetak mungkin kurang tepat, atau malah tidak tepat. Media cetak harus memberi jawabannya.
Akan tetapi bagi media online, judul “Inikah Wanita Yang Diantar Dul Sebelum Kecelakaan?” mengandung sekaligus dua rahasia judul menarik, yakni “mengandung rahasia” dan “mengandung pertanyaan” pula. Dengan cara ini, perhatian pembaca “ditonjok” (bukan lagi dicolek) sedemikian rupa sehingga matanya terantuk pada judul itu.
Sering saya utarakan, judul berita di media online adalah urusan “tiga detik”. Jika dalam tiga detik pertama pembaca sudah tidak tertarik dengan judul berita yang disajikan, besar kemungkinan dia tidak akan membaca berita itu alias “leave it”.
Berbeda kalau mata pembaca digoda dengan judul yang “teatrikal”, sedikit “bombastis”, dan mengandung rahasia da pertanyaan, besar kemungkinan ia akan meneruskan membaca berita itu, “take itu”, meski hanya alinea pembuka, barangkali. Tidak mengapa, yang penting perhatian pembaca terusik dengan judul berita.
Persaingan membetot perhatian ini menjadi urusan serius para awak media di newsroom online, barangkali juga di newsroom cetak yang seharusnya tidak boleh merasa mapan dan berada di zona mapan dengan tetap memberi pembaca judul berita yang sulit dipahami, mengambang, “sok filosofis”, dan tidak jelas sama sekali.
Sebaiknya tidak menganggap, ah nanti pembaca tetap akan membaca berita itu kalau ia merasa berkepentingan untuk membaca. Jangan lupa, pembaca saat ini disodorkan oleh banyaknya pilihan media yang ada.
Nah, di media onlie arus utama, “saingan” mereka tidak lagi media cetak kalau urusan membuat judul, melainkan media sosial seperti status Facebook maupun kicauan warga di Twitter.
Jangan lupa pula, setiap berita sekarang dengan mudah dibagikan (share) ke Facebook, Google atau Twitter. Twitter, misalnya, hanya akan membagikan judulnya saja karena keterbatasan 140 karakter. Jadi, alangkah membingungkannya jika satu berita berjudul “Indonesia Berhasil” atau “Pemerintah Harus Adil” dikicaukan atau dikicau ulang di Twit, besar kemungkinan pembaca Twitter akan bertanya-tanya, “berita apa pula ini?”
Berhasil dalam hal apa atau adil dalam hal mana, malah pembaca yang balik bertanya-tanya demikian. Semakin membingungkan, bukan?
Jadi, demikianlah pertimbangan mengapa judul berita online harus mengandung “rahasia” dan “pertanyaan” itu tadi. Bukan bermaksud membingungkan pembaca, tetapi aspek daya tarik, persaingan dengan warga yang berkicau, dan karakteristik pembaca media online, mengharuskan awak media online menulis judul berita yang kreatif, yang memaksa pembaca melirikkan mata, syukur kalau terus membacanya.
Tetap semangat, salam…
***
Judul berita di media online adalah urusan “tiga detik”. Jika dalam tiga detik pertama pembaca sudah tidak tertarik dengan judul berita yang disajikan, besar kemungkinan dia tidak akan membaca berita itu alias “leave it”.