beritaenam.com – Sebuah serangan mobil bom bunuh diri terjadi di tenggara Iran dan menewaskan 27 orang anggota Garda Revolusi Iran pada Rabu (13/2). Dalam kejadian itu, sebanyak 10 anggota garda juga terluka. Kantor berita Iran, Fars melaporkan, serangan ini menargetkan bus pengangkut pasukan keamanan.
“Insiden ini tidak akan merusak tekad rakyat dalam mempertahankan revolusi Islam, dan tekad nasional untuk pertempuran tanpa henti melawan terorisme akan menjadi lebih tegas dari sebelumnya,” kata Wakil Presiden Iran Eshaq Jahangiri, dilansir dari Al Jazeera, Kamis (14/2).
Kantor berita pemerintah, IRNA melaporkan serangan terhadap pasukan keamanan terjadi di Provinsi Sistan-Baluchestan Iran. Provinsi ini terletak pada rute utama perdagangan opium, pernah terjadi bentrokan antara pasukan Iran dan separatis Baluch, serta pengedar narkoba.
Serangan ini terjadi di jalan antara kota Zahedan dan Khash, daerah yang bergejolak di dekat perbatasan Pakistan di mana kelompok-kelompok bersenjata dan penyelundup narkoba sering beroperasi. Kelompok bersenjata Jaish al-Adl (Tentara Keadilan) mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Garda Revolusi Iran mengatakan serangan terjadi saat pasukan kembali dari perbatasan.
“Dalam serangan bunuh diri ini, sebuah mobil yang penuh dengan bahan peledak meledak di samping sebuah bus yang mengangkut unit garda pasukan darat yang menyebabkan mereka berkoban nyawa dan melukai sejumlah pasukan pelindung perbatasan negeri Islam kita,” tulis Garda Revolusi Iran dalam pernyataannya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Qassemi mengatakan pasukan keamanan “akan membalas dendam atas darah para martir”.
Serangan itu terjadi pada saat pelaksanaan konferensi yang dipimpin AS di Warsawa yang membahas apa yang Amerika Serikat gambarkan sebagai “pengaruh buruk” Iran yang meluas di Timur Tengah Para pejabat Iran menyalahkan Arab Saudi dan Amerika Serikat karena mendorong perselisihan.
Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif di akun Twitternya mengunggah status pada Kamis, (14/2). Dia pun mempertanyakan kejadian bom bunuh diri di Iran yang bersamaan dengan berlangsungnya konferensi di Warsawa, Polandia.
“Apakah bukan kebetulan Iran dilanda teror pada hari #WarsawCircus dimulai? Terutama ketika kelompok teroris yang sama bersorak dari jalan-jalan Warsawa & mendukungnya dengan bot twitter? AS tampaknya selalu membuat pilihan salah yang sama, tetapi mengharapkan hasil yang berbeda,” tulisnya.
“Ketika Iran, Rusia & Turki menyiapkan pertemuan puncak di Sochi untuk membahas perdamaian di Suriah & Pengadilan PBB menolak alasan AS & siap memutuskan pencurian aset-aset rakyat Iran oleh AS, para pejabat Trump yang gagal mencoba menyembunyikan pelanggaran hukum mereka yang tak henti-hentinya & isolasi global di belakang sandiwara di Warsawa,” tulis Javad Zarif.
Garda ini merupakan kekuatan ekonomi dan militer utama di Iran. Mereka hanya bertanggung jawab kepada pemimpin tertinggi negara itu, Ayatollah Ali Khamenei.
Pada 2009, lebih dari 40 orang, termasuk enam komandan garda, tewas dalam serangan bunuh diri di Provinsi Sistan-Baluchestan. Jundallah, kelompok pro-Sunni yang masih aktif di wilayah perbatasan Iran dengan Pakistan, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Pada September 2018, serangan juga terjadi saat parade militer di wilayah barat daya yang kaya minyak. Serangan ini menewaskan lebih dari 20 orang dan melukai sekitar 60 orang.