beritaenam.com, Jakarta – Forum Betawi Rempug (FBR) semula tak ingin terlibat langsung dalam hiruk-pikuk pemilihan presiden dan wakil presiden 2019. Organisasi yang diklaim beranggotakan sekitar 60 ribu orang ini ingin berfokus menjaga kampung agar pemilu dan pilpres berjalan damai.
Namun sebaran hoax yang begitu masif mengusik Lutfi Hakim sebagai pentolan FBR. Dia tak lagi cuma berpangku tangan, apalagi setelah menelusuri kembali rekam jejak kedua pasangan calon yang berkompetisi.
“Bagaimanapun Pak Jokowi harus diakui lebih peduli terhadap masyarakat dan budaya Betawi,” kata dia tentang alasannya kemudian mendeklarasikan dukungan kepada pasangan nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma’ruf Amin.
Padahal, pada Pilpres 2014, FBR di bawah komando Luthfi mendukung duet Prabowo Subianto-M Hatta Rajasa. Begitu pun ketika sebelumnya Jokowi tengah memperebutkan kursi Gubernur DKI pada 2012, FBR tak menyokongnya.
“Kita jadi malu ati sendiri, karena sejak gubernur ternyata Jokowi konsisten menunjukkan kepedulian buat Betawi,” ujar Lutfi.
Dia mencontohkan langkah Jokowi saat menjadi gubernur yang menerbitkan pergub tentang baju adat Betawi sebagai pakaian dinas. Juga menuntaskan pembangunan Cagar Budaya Betawi di Setu Babakan.
Ketika menjadi presiden, simbol budaya dan tokoh Betawi menjadi gambar dalam dua pecahan uang, yaitu Rp 100 ribu (tari topeng) dan Rp 2.000 (bergambar Muhammad Husni Thamrin).
“Inilah bentuk penghormatan Jokowi untuk masyarakat Betawi. Dia konsisten betul,” kata Lutfi.
Selain cerita di balik sokongan kepada Jokowi, Lutfi mengungkapkan hubungan FBR dengan Front Pembela Islam (FPI) dan Rizieq Syihab.
Dilansir dari detik.com, dua organisasi ini menjadi motor Aksi Bela Islam I dan II serta Ijtimak Ulama yang memberikan rekomendasi kepada Prabowo-Sandi. Tapi, saat acara Munajat 212 pada 2 Februari lalu, FBR sudah tak ikut serta.
Terkait anggapan organisasi yang dipimpinnya kerap berbuat onar, dia tak menepisnya. Namun hal itu secara perlahan terus dibenahinya.
Lutfi juga mengklaim FBR kini tak lagi suka meminta-minta sumbangan kepada para pengusaha. Lantaran itu pula dia memelesetkan kepanjangan gelar MA yang diraihnya dari Universitas As-Syafiiyah.
“Itu harusnya M Ag (Master Agama), tapi biar keren saya tulis MA aja. Bukan Master of Art tapi Mafia Akhlak,” ujarnya diiringi tawa.