(Jangan menganggap remeh, namun juga jangan menjadi paranoid)
Beritaenam.com — Bapak ibu sekalian, saya perlu membuat testimoni tentang virus Covid-19 yang pernah saya alami bersama beberapa anggota keluarga saya agar bapak ibu tidak mengalaminya.
Semenjak bulan Maret 2020 saat pandemi virus Covid-19 melanda negara kita, kami sangat menjaga protokol kesehatan yang disarankan Pemerintah dengan seksama.
Namun pada bulan September 2020, kami dikejutkan setelah anak tertua yang suaminya berdinas di Surabaya terpapar virus Covid-19.
Suaminya dinyatakan positif setelah selesai menjalani latihan di salah satu kapal perang. Isteri dan anaknya tertular juga sehingga suaminya dirawat di RSAL Surabaya sedang isteri dan anaknya menjalani isolasi mandiri di rumah.
Kami mengikuti proses perawatan dengan memberikan dukungan moril melalui telepon.
Alhamdulillah setelah 14 hari dirawat secara baik oleh tenaga medis, semua dinyatakan negatif namun harus menjalani isolasi mandiri lanjutan di rumah dan dinyatakan sembuh total.
Berbekal pengalaman tersebut, semua anak cucu yang di Jakarta kami kumpulkan di rumah agar memudahkan pengawasan karena kami memiliki 2 cucu yang masih berusia satu tahun.
Kami betul-betul mengikuti anjuran Pemerintah menjalankan protokol kesehatan dan tidak keluar rumah kecuali yang dinas, sehingga total yang tinggal di rumah berjumlah 23 orang.
Rumah terasa penuh dengan sekian banyak penghuni, maka pada Nopember 2020 anak kedua sekeluarga berjumlah 6 orang minta ijin untuk pindah rumah agar bisa lebih leluasa.
Pada awal Desember 2020, menantu ketiga sakit badan demam setelah mengikuti rapat di luar kantor Mabesal.
Kami minta untuk segera periksa dokter dan kami kaget untuk yang kedua kali karena hasil tes swab dinyatakan positif.
Kami infokan ke RSAL Jakarta dan diminta untuk segera dirawat di RSAL.
Analisa kami, menantu ini rapat ketemu orang luar yang belum diketahui kesehatannya. Memang saat rapat protokol kesehatan dijalankan, namun mungkin saat istirahat makan masker dibuka dan berbincang.
Sepulang rapat, menantu sempat mampir ke rumah untuk mengambil berkas dan sempat ketemu isteri dan anaknya.
Keesokan paginya, cucu yang kecil rewel maka saya gendong dan terasa badannya juga demam.
Segera kami minta tes swab ke RSAL dan esok malamnya apa yang kami khawatirkan benar terjadi bahwa 5 orang dinyatakan hasilnya positif yaitu saya, anak, 2 cucu dan pengasuh cucu.
Kabar ini saya sampaikan kepada isteri yang tampak terpukul, sedih namun tetap tegar.
Kami putuskan untuk membagi tugas, isteri beserta anak bungsu dan satu cucu yang sehat mengungsi sedangkan kami yang terpapar covid dirawat di RSAL, namun pengasuh cucu tetap isolasi mandiri di rumah.
Kami berempat bergabung dengan menantu yang lebih dulu dirawat di dalam satu kamar cukup besar dan bersih.
Karumkital Jakarta Kolonel dr. Agus beserta jajaran tenaga kesehatan RSAL telah merawat dan memantau kami dengan sangat baik.
Keseharian kami di kamar isolasi hanya menjalankan petunjuk dokter, istirahat, dan melaksanakan Sholat/ berdoa.
Setiap hari kami dicek kesehatan rutin pagi, siang, dan malam, konsumsi obat/ vitamin yang cukup banyak, serta makan makanan yang bergizi.
Setelah 7 hari dirawat kami diswab ulang dengan hasil hanya saya yang sudah dinyatakan negatif, namun yang lain boleh isolasi mandiri di rumah kecuali menantu yang harus tetap dirawat.
Sesampainya di rumah saya menempati satu kamar, sedang anak, dua cucu dan pengasuh menempati kamar yang lain.
Namun malam itu anak saya merasa mual yang amat sangat sehingga diminta untuk kembali dirawat di RSAL.
Di sini saya merasakan bagaimana cucu yang masih minum asi terpaksa harus dirawat terpisah dari kedua orang tuanya. Setiap pagi dia cari mamanya untuk minum asi, namun tidak ditemuinya.
Dia ketok-ketok kamar saya sambil panggil-panggil: “Atung-atung” (maksudnya Eyang kung), namun saya tidak bisa menemuinya. Ada airmata menetes karena anak yang masih 20 bulan harus mengalami hal ini.
Tujuh hari kemudian anak dan menantu sudah dinyatakan negatif dan boleh pulang.
Tim kesehatan dari RSAL datang lagi ke rumah untuk tes swab, hasilnya cucu yang kecil dan pengasuhnya juga sudah negatif sedangkan cucu yang besar masih positif.
Sehingga harus isolasi mandiri kembali terpisah dari yang lain. Untuk tes kedua saya tetap telah dinyatakan negatif.
Seminggu berlalu tim swab RSAL datang lagi ke rumah dan memeriksa cucu yang masih isolasi terpisah dan hasilnya telah negatif.
Tepat diakhir tahun 2020, kami bersyukur mendapat karunia dari Allah SWT bahwa semua sudah dinyatakan negatif.
Kami tetap membagi yang di lantai atas untuk yang isolasi mandiri lanjutan sedang lantai bawah untuk yang sehat.
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Kepala RSAL Mintoharjo Jakarta Kolonel dr. Agus, Wakamed Kolonel dr. Gigih, dan Kapten dr. Jerry, serta tenaga perawat lainnya yang telah dengan sabar dan perhatian merawat kami sehingga kami sembuh total.
Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada Kadismatal Laksma TNI Budi Sulistyo selaku atasan menantu serta Kadisadal Laksma TNI Maman Rohman selaku L.O beserta jajaran atas perhatian serta bantuan selama kami menjalani proses penyembuhan.
Kami yang pernah terpapar Covid-19 wajib menyampaikan hal ini karena ini bukan suatu aib, dengan tujuan untuk berbagi pengalaman agar jangan sampai bapak ibu mengalaminya.
Virus Covid-19 bisa dihindari bila kita waspada dan betul-betul menerapkan Protokol Kesehatan sesuai anjuran Pemerintah yaitu selalu Mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir, Memakai masker, dan Menjaga jarak dengan orang lain, serta menghindari kerumunan, namun jangan terlalu takut yang berlebihan/ paranoid.
Bagi yang terpapar harus rajin minum obat, vitamin, cukup istirahat, makan yang bergizi, serta hati dan pikiran harus selalu senang agar imunitas tubuh terjaga.
Demikian sekelumit pengalaman saya terkait Covid-19 dengan bahasa yang sederhana.
Semoga bermanfaat…
Tedjo Edhi Purdijatno