beritaenam.com, Jakarta – Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat Max Supacua mengatakan tidak mudah untuk mendepak partainya dari koalisi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Max pun meminta Gerindra tidak gegabah dalam bersikap.
Hal ini merespons pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono yang meminta Demokrat hengkang dari Koalisi Adil dan Makmur.
“Tapi tidak semudah itu partai Demokrat didepak dari sana (koalisi Prabowo-Sandi). Kita punya komitmen politik yang dibuat ketika mau merambah ke masalah capres atau pemilu,” kata Max dalam acara Primetime News Metro TV, Jumat 10 Mei 2019.
Menurut Max, bila ada keputusan sepihak terkait koalisi justru berpotensi melanggar kontrak politik yang ada. Sejauh ini, kata Max, Demokrat belum memutuskan hengkang dari koalisi Prabowo-Sandi.
“Semua berfikir kebersamaan sampai akhir perjuangan.”
Max menilai pernyataan Arief hanya sebatas ungkapan kekesalan atas situasi politik yang ada. Max menduga Gerindra mulai gusar dengan kondisi politik yang ada. Utamanya, terkait hasil Pilpres.
“Itu sebuah keniscayaan dari koalisi. Partai Gerindra adalah pemimpin koalisi, kalau dia merasa tidak happy dari keadaan seperti ini wajar-wajar saya kalau dia mengeluarkan statement seperti itu,” ujar Max.
Max menegaskan, kesepakatan Demokrat bergabung dengan partai koalisi Prabowo-Sandi hanya sampai pilpres saja. Setelah itu, Demokrat bebas menentukan sikap politik.
“Kalau memang pemilu sudah selesai kita kan punya perahu masing-masing dan punya line of otority masing-masing. Kalau kita merasa tidak happy ada rulesnya,” kata Max, seperti dikutip dari medcom.id
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono meminta Partai Demokrat keluar dari koalisi partai pendukung calon presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Arief menilai Demokrat setengah hati di barisan Koalisi Adil dan Makmur.
“Demokrat sebaiknya keluar saja dari koalisi adil makmur. Jangan elitnya dan ketum (Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono) kayak serangga undur-undur ya, mau mundur dari koalisi saja pakai mencla-mencle segala,” kata Arief kepada wartawan, Jumat, 10 Mei 2019.
Menurut Arief, keberadaan Demokrat di koalisi sama sekali tak mendongkrak elektabilitas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Arief menilai keberadaan Demokrat justru menggerus suara pasangan calon nomor urut 02 itu di Pilpres 2019.