Jakarta – Menteri Kesehatan era Jokowi (2019-2020), Prof Terawan Agus Putranto dan Menteri Kesehatan era SBY (2010-2014), Siti Fadilah Supari terlibat saling suntik satu sama lain. Terawan Agus Putranto tampak menghujamkan ujung jarum suntik ke lengan Siti Fadilah, dan tidak berapa lama Siti Fadila pun mengambil jarum suntik dan membenamkan jarum suntik ke lengan kanan atas Terawan.
Ada apa, mengapa hal itu bisa terjadi? Apakah seperti para politisi di Jakarta yang sering terlibat saling sikut dan saling “tikam dari belakang?”
Ternyata hubungan kedua Mantan Menteri Kesehatan itu baik-baik saja. Momen itu terjadi di Kota Solo, di mana mereka saling menyuntikan vaksin imonoterapi. Hal ini merupakan peristiwa langka dan sangat unik, dan belum pernah terjadi dimanapun, ketika dua mantan menteri kesehatan berjumpa dan saling menyuntikan vaksin untuk mendukung dan menjaga kesehatan masing-masing.
Vaksin Imonoterapi gagasan Prof. Dr, dr Terawan Agus Putranto terbukti mampu memberikan kesehatan bagi para pasiennya. Sudah banyak testimoni yang diberikan oleh berbagai kalangan usai menerima vaksin imonoterapi.
“Ini Vaksin Imonoterapi by Terawan dan saya sudah dua kali menerima suntikan,” kata Siti Fadila ketika disuntik dr Terawan, seperti dikutip dari tayangan video yang beredar, Sabtu (26/8).
Setelah dokter Siti Fadila menerima vaksin imonoterapi dari dokter Terawan, dia pun menyuntik vaksin imonoterapi ke lengan Terawan yang mengaku sudah empat kali disuntik vaksin imonoterapi.
“Saya sudah disuntik empat kali untuk Imonoterapi, karena vaksin ini membuat tidak cepat lelah, tidak mudah sakit, tidurnya enak,” kata Terawan.
“Pantesan awet muda,” timpal dr Siti Fadila Supari.
Vaksin Imonoterapi gagasan Prof. Dr, dr Terawan Agus Putranto, Sp.Rad dapat diakses oleh masyarakat luas di Rumah Sakit Tentara Kota Solo dengan biaya Rp.10.300.000. Sejak diluncurkan di bulan Juli lalu, sudah 1000 pasien yang menerima suntikan vaksin imonoterapi.
Sel Denditrik Mengungkap Kekuatan Sistem Kekebalan Tubuh Menuju Kesehatan dan Peremajaan
Sistem kekebalan tubuh kita yang luar biasa berfungsi sebagai perisai dalam melawan ancaman virus, bakteri, dan tumor. Pasukan sel darah putih sebagai para prajurit, berjuang untuk menghilangkan sel-sel yang terinfeksi dan bermutasi. Sel tersebut adalah limfosit yang dapat berkembang biak, menciptakan antibodi, untuk melawan penyerang selama proses peradangan.
Sel dendritik (DC), merupakan “jenderal” yang mengatur pertahanan imun dan respons regulasi kita. Sel kekebalan ini memperkenalkan penanda (antigen) dari zat asing berbahaya seperti virus, bakteri, dan jamur, untuk memulai imunitas. Tidak hanya mengendalikan respons kekebalan, mencegah penyakit autoimun, tetapi mereka juga bisa memimpin sel kekebalan melawan kanker dan bahkan memicu reaksi anti-peradangan, serta membatasi peradangan yang berlebihan.
Dalam penemuan revolusioner, telah ditemukan potensi sel dendritik melalui terapi Imun. Monosit, sekelompok sel muda yang mengalir dalam aliran darah Anda, dapat dimanfaatkan. Dengan mendidik mereka di luar tubuh untuk mengenali sinyal penyerang (antigen), lalu memasukkan kembali, kami memberdayakan limfosit, untuk pertahanan yang lebih kuat terhadap virus, bakteri, dan tumor.
Bagaimana Pembuatan Sel Dendetrik? Autolog (Dari Darah Sendiri)
Pertama, darah dari tubuh pasien akan diambil lalu dipisahkan sel darah putihnya. Sel darah putih khusus bernama monosit akan dibiakan di laboratorium. Dengan menggunakan media khusus, monosit akan berubah menjadi sel denditrik (DC). Setelah proses itu, DC autolog disuntikkan kembali ke tubuh pasien.
Sel Dendritik Autolog sudah terbukti keamanannya sebagai vaksin COVID-19, terapi Hepatitis B, infeksi HSV (Herpes), infeksi HIV, glioblastoma (kanker otak), Wilms tumor (kanker ginjal), kanker pankreas, diabetes tipe 1, rematik, dan multipel sklerosis. (DEY/etw)