Beritaenam.com – Presiden Filipina Rodrigo Duterte, yang pernah membandingkan dirinya dengan Hitler, hari Senin (3/9) melakukan kunjungan ke monumen nasional Holocaust Israel, dan mencap Hitler “gila” ketika menyampaikan penyesalan terhadap genosida sekitar enam juta warga Yahudi oleh Nazi.
Pernyataan itu menandai perubahan dramatis bagi Duterte, yang dua tahun lalu membandingkan kampanya anti-narkoba yang digalakkannya dengan holocaust, dan mengatakan “akan dengan senang membantai” tiga juta pencandu narkoba. Duterte kemudian memang minta maaf atas pernyataannya itu.
Duterte, yang dikenal karena ucapannya yang meledak-ledak dan dituduh melakukan pelanggaran HAM secara meluas, berbicara dengan tenang dan penuh hormat ketika singgah di monumen Yad Vashem.
Ia mengatakan holocaust seharusnya tidak terulang dan bahwa “penguasa yang memiliki kekuasaan absolut tidak terbatas” tidak seharusnya ada di dunia modern ini.
“Saya tidak dapat membayangkan sebuah negara mematuhi seorang pemimpin gila, dan saya tidak dapat membayangkan kerumunan manusia pergi menonton pembunuhan massal – orang tua, perempuan dan anak-anak. Saya harap hal ini tidak akan terjadi lagi,” ujarnya.
Duterte, presiden pertama Filipina yang mengunjungi Israel, mendapat sambutan hangat dari pemerintah Israel. Diantara agenda lawatannya adalah penjualan senjata ke Filipina.
Duterte dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyaksikan penandatanganan tiga kerjasama dalam bidang perdagangan, sains dan layanan perawatan.
Netanyahu menyoroti persahabatan lama kedua negara, bagaimana Filipina menampung para pengungsi Yahudi setelah Perang Dunia Kedua dan menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang mendukung pendirian Israel.
Netanyahu mencatat bagaimana dalam beberapa tahun terakhir ini warga Filipina yang menjadi perawat kesehatan membantu warga lansia di Israel, termasuk ayah kandung Netanyahu.
Duterte menyampaikan terima kasih kepada Israel yang telah menerima 28.000 pekerja Filipina dan membantu negaranya pada saat membutuhkan.