beritaenam.com, Jakarta – Banyak anggapan yang mengatakan perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia telah dikuasai pihak asing di segala lini. Namun pandangan tersebut ditepis oleh Ekonom Faisal Basri dengan mengatakan berdasarkan data menunjukkan sebaliknya bahwa Indonesia jauh dari penguasaan asing.
Di sisi SDA, kata Faisal, pemerintah senantiasa memegang teguh UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang menyatakan bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Hal ini bisa dilihat dari keputusan Pemerintahan Presiden Joko Widodo yang memberikan hak kelola Blok Rokan pada PT Pertamina. Sebelumnya blok tersebut sudah lama dikuasai pengelolaannya oleh PT Chevron Pacific Indonesia.
“Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah tidak memperpanjang konsesi beberapa ladang migas yang tergolong besar, melainkan menyerahkannya kepada PT Pertamina,” kata Faisal
Apalagi, kata dia, perusahaan yang bekerja di sektor migas selama ini hanya sebatas sebagai kontraktor. Perusahaan tersebut membawa modal untuk kegiatan eksplorasi dan eksploitasi.
Apabila kontraktor asing itu gagal mendapatkan migas, kerugian sepenuhnya mereka tanggung sendiri, pemerintah bebas dari risiko kerugian.
Jika berhasil mendapatkan migas, kontraktor memperoleh imbalan berupa bagi-hasil setelah dipotong semua ongkos kegiatan produksi.
Ladang migas yang konsesinya sudah habis diserahkan kepada negara. Di sisi lain, dia menegaskan, perekonomian Indonesia juga tidak dikuasai oleh pihak asing.
Faisal berpendapat peran serta asing relatif kecil dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). “Sepanjang sejarah kemerdekaan, perekonomian Indonesia tidak pernah didominasi oleh asing,” tutur Faisal.
Arus investasi langsung asing yang masuk ke Indonesia rata-rata setahun hanya sekitar lima persen dari keseluruhan investasi fisik atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).
Angka itu sangat kecil apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga dekat seperti Malaysia dan Filipina, yang peranan modal asingnya berkali lipat jauh lebih besar dari Indonesia.
Baca juga: Faisal Basri: Utang Pemerintah Bukan Tindakan Salah
Dengan negara komunis sekalipun seperti Vietnam dan negara sosialis seperti Bolivia, lanjutnya, komposisi asing di Indonesia selalu lebih kecil.
Peranan investasi asing di Indonesia berada di bawah rata-rata Asia, apalagi dibandingkan dengan negara di kawasan Asia Tenggara.
Akumulasi kehadiran investasi langsung asing hingga sekarang tidak sampai seperempat dari PDB. Memang belakangan ini meningkat jika dibandingkan dengan rerata selama kurun waktu 2000-2004 yang baru 7,1 persen, namun masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan Vietnam (50,5 persen), Bolivia (33,7 persen), Asia (25,7 persen), dan Asia Tenggara (66,1 persen).
Lebih jauh, dia menggarisbawahi, kehadiran asing di Indonesia perlu dipandang sebagai partisipasi aktif dalam perekonomian dunia.
“Partisipasi itu pilihan yang jauh lebih baik ketimbang terus menerus menjadi katak dalam tempurung dan oleh karena itu merupakan keniscayaan,” pungkas dia.