HARIAN KAMI di era kekinian sedang dalam soft lauching.
Banyak yang bertanya-tanya, adakah hubungannya dengan Surat Kabar yang dalam penjelasan wikipedia ”Harian Kami”’ anggota redaksinya antara lain Nono Anwar Makarim dan Christianto Wibisono.
Kala itu, aksi Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang kemudian mendirikan surat kabar yang berskala nasional dengan nama Harian KAMI.
Harian KAMI secara resmi diterbitkan oleh mahasiswa pada tanggal 17 Juni 1969 dengan tujuan mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan KAMI dan menyebarluaskan ke seluruh Indonesia.
Ada juga yang bertanya, HARIAN KAMI mengambil momentum saat Deklarasi Gerakan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), besutan Din Syamsuddin.
Kelompok-kelompok oposisi dari pemerintah Jokowi pun kini saling merangkul.
Setidaknya, saat ini ada empat kelompok yang menjadi oposisi pemerintah Jokowi-Ma’ruf Amin. Untuk partai, PKS menjadi yang paling tegas menunjukkan diri sebagai oposisi.
Selain itu, ada kelompok Persaudaraan Alumni (PA) 212. Kelompok ini biasa bergabung dengan sejumlah ormas agama, seperti Front Pembela Islam (FPI) dan GNPF Ulama.
Amien Rais bahkan sampai ‘tersingkir’ dari PAN karena merasa tidak sejalan dengan kepengurusan PAN saat ini, yang dinilainya mendukung pemerintahan Jokowi.
Kemudian Muncul Gerakan KAMI.
Sebelum deklarasi berlangsung, Din menyebut KAMI akan menyampaikan Maklumat Menyelamatkan Indonesia. Dari delapan poin yang dibacakan saat deklarasi, mayoritas isinya kritik terhadap pemerintah.
Deklarasi KAMI pun digelar di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (18/8). Selain Din, beberapa tokoh yang hadir antara lain Gatot Nurmantyo, Rochmad Wahab, Titiek Soeharto, dan MS Kaban. Hadir pula Amien Rais, Refly Harun, Said Didu, Rocky Gerung, dan Ichsanuddin Noorsy.
Din menyebut KAMI dibentuk sebagai bentuk keprihatinan terhadap pemerintah Indonesia. Mulai bidang ekonomi, politik, hingga HAM. Din menjelaskan KAMI merupakan gerakan politik yang berbasis nilai moral.
Kemudian Gatot Nurmantyo, yang juga merupakan salah satu deklarator KAMI, berbicara soal oligarki kekuasaan dalam acara tersebut. Saat memberi sambutan di acara deklarasi KAMI, ia berbicara kondisi Indonesia akibat proxy war yang diperburuk karena berkembangnya oligarki kekuasaan
Yang jelas, ide dan pendiri HARIAN KAMI untuk milenial ini adalah sosok yang enggan berpolitik. Bukan yang suka menjadi tim sukses kubu-kubuan. Diterima dan berteman baik dengan jaringan “cebong” atau “kampret”.
Pemimpin Umum (hariankami.com) adalah S.S Budi Rahardjo, Ketua Forum Pimpinan Media Digital Indonesia dan Ketua Umum Asosiasi Media Digital Indonesia.
Jurnalis “alumni” grup manajemen Majalah Tempo, yang terbit berkala menyebarkan berita kepada masyarakat dengan mekanisme check and balance, kontrol terhadap kekuasaan, maupun masyarakat sendiri.
Saat di Waroeng Buncit, masih satu grup dengan majalah Berita Tempo, pemimpin redaksinya adalah N.Riantiarno. Sedangkan Pemimpin Umum-nya adalah Fikrie Jufri.
Dalam mendirikan HARIAN KAMI ini, penerima beasiswa Ford Foundation/ISAI/LPDS bidang Investigasi Reporting itu mengemas “budaya jurnalistik” dengan independen.
Semua hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran, tidak mungkin bisa dinegosiasikan. Benar adalah benar. Idealisme tak boleh dicampur kapitalisme pers.
Normatif kecil atau hal-hal yang diajarkan oleh Mas Goen — panggilan dari Goenawan kepada setiap anak didiknya saat itu.
Sehingga bukan saja dilatih menulis tapi dibentuk sikap hidup, untuk menjadi seorang jurnalis dengan gaya tulisannya, “enak dibaca dan perlu” dan ada sedikit narasi sastrawi-nya.
Membantu mendirikan online TIRAS.id, yang merupakan jaringan dari Asosiasi Media Digital Indonesia.
Dengan misi mengurangi dampak buruk HOAX yang bisa disamakan dengan sampah peradaban dunia maya. Dengan tabayyun memaparkan kabar baik bagi semua.
Sama ketika pria yang bernama panjang Stephanus Slamet Budi Rahardjo mendirikan TV Magazine.
Program acara satu jam berbentuk features, tayang di TV Swara (yang studionya di DPR-RI) dan QTV, tayang di satelit penikmat parabola.
Acara TV Magazine, saat itu tayang di 18 di daerah.
Kini, alumnus S2 Sekolah Tinggi Bisnis Indonesia (STIEBI) sedang menyiapkan Usaha Konvergensi Media (UKM) untuk HARIAN KAMI dengan sasaran kaum milenial.
Jika dulu lewat jaringan TV satelit dan boks dekoder, kini HARIAN KAMI.com di online dan sedang dalam proses memancarkannya dengan memaksimalkan potensi Youtube, dikaitkan aplikasi lain yang bisa streaming live di Facebook atau Zoom.