Beritaenam.com, Jakarta – Sudah lama saya nggak nulis inspirasi bisnis. Izinkan saya ingin mengupas satu sisi tentang bisnis dan persaingan.
Keberadaan kompetitor, dalam bisnis mengandung sisi positif. Karena kita bisa jadikan ajang perbandingan, untuk memberikan yang terbaik pada custummer.
Kompetitor akan memacu kita melakukan terobosan, sehingga persaingan menjadi sehat. Yang diuntungkan jelas masyarakat pengguna produk kita.
Tapi fenomena yang saya hadapi di lapangan, kompetitor sering melakukan praktik kecurangan dengan melakukan fitnah dan menyebarkan berita bohong.
Mereka melakukan lempar batu sembunyi tangan. Pengecut, dan mereka itu tipikal pecundang. Dan nggak berani menghadapi realita persaingan di lapangan. Buat saya mereka ini cemen.
Mereka ini tipikal pelaku usaha yang nggak kreatif. Kerjanya hanya ngintip kekurangan orang lain, lalu cari-cari kesalahannya, bikin hoax. Bahkan kirim surat kaleng ke pihak regulator.
Tujuannya supaya produk atau jasa saingannya di sidak dan digangguin. Mereka bertepuk tangan, dan menunggu saingannya nggak berkutik.
Tapi dia salah perkiraan. Dikiranya kita nyerah dan jatuh. Kita mah tetep asyik-asyik aja. Bisnis yang penting menjaga kredibilitas. Dengan terus mengembangkan kreatifitas.
Justru kita ngerasa ditunjukkan dimana kelemahan kita. Dan bisnis harus tetap bertumbuh. Nggak perduli saingan nge tracking kita.
Mereka tipikal pecundang, yang hanya bisa nggangguin ‘periuk’ orang lain. Sementara dirinya nggak bisa berkembang mengikuti arah kebutuhan dan perkembangan.
Jika hoax dan fitnah dia lancarkan, saya nggak akan tumbang. Akan saya tunjukkan, bahwa saya tetap tegak berdiri, karena saya punya kekuatan yang maha dahsyat melewati kreatifitas, ruang dan waktu.
Saya perlu tegaskan, bahwa saya bukan tipikal pelaku usaha ecek-ecek. Saya sudah melewati masa sulit, terpuruk dan jatuh bangun.
Hidup ini sudah ada garis tangannya. Semua sudah di atur, bahwa rizky sudah ada bagiannya. Ngapain ente ribut-ribut soal ‘bagian’ atau ‘kue’ bisnis, kalau emang dasarnya ente tamak dan dzolim.