Beritaenam.com — Kelakuan Jaksa Pinangki Sirna Malasari (PSM) yang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tindak pidana korupsi.
Ia diduga telah menerima hadiah atau janji dari terpidana Djoko Tjandra dalam bentuk mata uang asing sebesar USD500.000.
Dirunut dari karier Jaksa Pinangki, yang mulai masuk dalam lingkungan kerja Kejaksaan pada 2005.
Riwayat pendidikannya yang tercantum di LinkedIn, Pinangki lulusan S1 Hukum dari Universitas Ibnu Khaldun, lanjut studi S2 hukum bisnis di Unibersitas Indonesia dan doktor hukum di Universitas Padjajaran.
Sisi gelap Jaksa Pinangki mulai dibongkar, termasuk kehidupan rumah tangga hingga gaya hidupnya oleh media massa dan medsos.
Kehidupan glamour istri Pinangki yang menjadi istri pertama perwira AKBP. Terus terang membuat para istri polisi yang lain disorot soal gaya hidupnya.
Bagaimana tidak membuat geger. Belakangan setelah sang istri itu “terseret” dalam kasus Djoko Tjandra, AKBP suami Pinangki dimutasi oleh Kapolri sehingga menjabat sebagai Kasubbagopsnal Dittipideksus Bareskrim Polri.
“Tidak semua istri polisi yang bekerja untuk program-program pemerintah itu selalu bermain dengan KKN,” ujar Hj. Erie Vitria Trisanty, MA yang juga seorang istri polisi.
Aktivis Ormas Granat itu menjelaskan, masih banyak di Republik ini orang-orang yang berintegritas dan bekerja tulus untuk bangsa dan negara.
“Kita tidak berkekurangan dengan orang-orang yang berprestasi dengan integritasnya,” masih menurut Erie, yang dalam pekan-pekan ini kerap menjadi moderator webinar untuk kegiatan para jenderal polisi dan purnawirawan.
Sosok yang berpengalaman memegang beberapa program G2G untuk anti narkotika, transnational crimes dan bencana alam tingkat Asia Tenggara ini bercerita, rangkaian webinar menjadi sebuah program dimana dirinya aktif sejak tahun 2000 lalu.
Alumnus dari RMIT University (Australia) dan Leeds University (UK) mengatakan, kegiatan webinar ini akan diterus dengan tema-tema yang menarik, tentu saja mengedukasi.
Sama-sama masuk dalam radar berita. Jika Jaksa Pinangki Sirna Malasari disebut dalam pemberitaaan yang buruk. Untuk Erie justru sebaliknya.
Erie yang juga pernah aktif di organisasi Bhayangkari, dinilai sosok yang kredibel di bidang anti narkoba, karena sudah menjadi penyuluh sejak 1999 di kampus-kampus dan sekolah mewakili LSM Bersama dan Dharma Wanita Persatuan.
Istri dari seorang perwira polisi Kombes Pol H Chaidir, SH, MSi, MPP yang mantan atase polisi di Kuala Lumpur Malaysia itu demikian bangga bisa juga aktif di Bhayangkari.
“Sering diminta bantu purnawirawan yang hebat-hebat untuk sharing ilmu dan wawasan,” tutur perempuan yang 17 tahun mengelola berbagai program kerjasama multilateral G2G bidang anti-narkotika, kejahatan lintas batas, hukum, media/komunikasi, sosial-budaya dan bencana alam tingkat Asia Tenggara ini.
Mantan Putri Kebaya dan finalis Putri Ayu di awal tahun 90-an itu aktif masuk sebagai bagian dari webinar sebagai budaya organisasi baru, merupakan singkatan dari web dan seminar.
Bekas anggota Paskibraka di KJRI Melbourne dan memiliki hobi musik jazz, bermain piano, kolintang, menari dan menyanyi itu bisa disebut istri diplomat muda.
Sebelum menjadi istri polisi, Erie bekerja di Asean Secretariat sampai 2017. Setelah menikah aktif di kantor, yang banyak mengerjakan program di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Bank Dunia (World Bank) serta lembaga donor asing untuk kawasan Asia Pacific.
Bekerja di US Embassy-Jakarta menangani program kepemudaan, Erie mengaku ikut berbagai ormas anti-narkotika sejak tahun 1998.
Dua bulan belakangan, Dewan Pakar Ormas Granat ini kerap ditugasi sebagai “The Moderator” untuk isu anti-narkotika dan obat-obatan terlarang.
Erie mengaku, spesialisasinya menyusun dan mengembangkan konsep untuk seminar/training, memfasilitasi berbagai sesi untuk narasumber, diskusi, tanya jawab dan quiz.
Kini, istri polisi ini kerap menjadi media relation untuk setiap kegiatan sosial.
baca juga: Jaksa Pinangki Dievakuasi